Rabu 27 Mar 2019 16:44 WIB

India Uji Coba Senjata Anti-Satelit di Luar Angkasa

India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Peluncuran satelit pertahanan India pertama, GSAT-7 dengan roket Eropa, Ariane 5, di Pelabuhan Kourou, Guiana Prancis, Jumat (30/8).
Foto: ibnlive.in.com
Peluncuran satelit pertahanan India pertama, GSAT-7 dengan roket Eropa, Ariane 5, di Pelabuhan Kourou, Guiana Prancis, Jumat (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar angkasa India.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.

Baca Juga

"Beberapa waktu lalu para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa," ujar Modi, Rabu (27/3).

India telah memiliki program luar angkasa selama bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).

"Ruang angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata Chellaney.

Sebelumnya, menurut Secure World Foundation, Cina telah menghancurkan sejumlah satelit pada 2007. Hal tersebut menimbulkan awan puing orbital terbesar dalam sejarah dengan lebih dari 3.000 objek.

Seorang pakar dari Institute for Defence Studies and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena khawatir terhadap kecaman internasional.

Lele mengatakan, India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak.

"India telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.

Di sisi lain, India khawatir bahwa Cina akan memberikan bantuan pertahanan kepada Pakistan, termasuk untuk program luar angkasanya. Sejumlah analis mengatakan, kekhawatiran dan ketakutan India adalah apabila Pakistan meminta bantuan Beijing untuk melakukan uji coba dalam program luar angkasa.

"Saya pikir Pakistan tidak mungkin mencapai tingkat pencapaian tersebut dengan sendirinya. Pakistan dan Cina memiliki kemitraan strategis yang sangat dalam, sehingga kemampuannya tidak dapat diabaikan," ujar Direktur Society for Policy Studies, Uday Bhaskar.

Sebelumnya, AS melakukan uji anti-satelit pertama pada 1959. Pada 1985, AS menguji AGM-135 yang diluncurkan dari pesawat tempur F-15, dan menghancurkan satelit Amerika bernama Solwind P78-1.

Setelah itu, AS tidak melakukan uji coba selama lebih dari 20 tahun hingga 2007. Setelah Cina menembakkan senjata anti-satelit, AS kembali melakukan Operasi  Burnt Frost, menggunakan rudal SM-3 yang diluncurkan untuk menghancurkan satelit mata-mata yang mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement