REPUBLIKA.CO.ID, WINA – Kanselir Austria Sebastian Kurz telah mengonfirmasi bahwa ada aliran dana dari kelompok sayap kanan negaranya, Identitarian Movement, kepada pelaku penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, 15 Maret lalu. Dia mengatakan, Austria sedang berusaha membubarkan Identitarian Movement yang mengatakan ingin mempertahankan identitas di Eropa.
“Setiap hubungan antara penyerang Christchurch dan anggota Identitarian Movement harus diselidiki secara komprehensif,” kata Kurz.
Pada Selasa (27/3), juru bicara jaksa Austria Hansjorg Bacher mengungkapkan bahwa Identitarian Movement telah diselidiki atas dugaan pelanggaran keuangan. Dalam hal ini, kelompok tersebut menyumbang atau mentransfer dana lebih besar daripada biasanya.
Donasi Identitarian Movement ternyata mencakup alamat surel milik pelaku penembakan masjid di Christchuch. Dia tampaknya telah menerima uang sebesar 1.700 dolar AS atau sekitar Rp 23,8 juta (dengan nilai kurs Rp14.213 per dolar AS). Namun tak diterangkan kapan uang tersebut ditransfer.
Pemimpin Identitarian Movement Martin Sellner telah ditangkap otoritas Austria di rumahnya di Wina. Namun, dia menolak mengakui keterlibatannya dalam serangan teroris di Christchurch. “Saya tidak ada hubungannya dengan serangan teroris,” ujar Sellner dalam sebuah video yang diunggahnya, dilaporkan laman DW.
Sellner berdalih bahwa uang yang didonasikan kelompoknya diperuntukkan bagi yayasan amal. Dia pun mengklaim bahwa Identitarian Movement adalah kelompok damai.
Identitarian Movement memiliki kedekatan dengan beberapa pihak di partai nasionalis Austria, Freedom Party. Partai tersebut diketahui merupakan bagian dari koalisi pemerintah saat ini.
Pada 15 Maret lalu, dua masjid di Christchurch menjadi sasaran aksi penembakan brutal. Sebanyak 50 orang meninggal dalam insiden tersebut dan puluhan lainnya luka-luka. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kejadian itu merupakan peristiwa terkelam di negaranya.