Rabu 27 Mar 2019 18:03 WIB

Uji Coba Senjata Anti-Satelit India Dikritik Partai Oposisi

Senjata anti-satelit India dikritik untuk alat politik.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Satelit (ilustrasi)
Foto: wreckamovie.com
Satelit (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pemimpin oposisi India, Mamata Banarjee mengkritik uji coba senjata anti-satelit yang diumumkan oleh Perdana Menteri Narendra Modi. Banarjee menilai, uji coba senjata anti-satelit tersebut dimanfaatkan sebagai alat politik menjelang pemilihan umum (pemilu).

"Pengumuman hari ini adalah sebuah drama dan publisitas oleh Modi yang berharap bisa mendapatkan keuntungan politik saat pemilu," ujar Banarjee, Rabu (27/3).

Baca Juga

Banarjee mengatakan, hal tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik pemilu. Selanjutnya, Banarjee akan mengadukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum India.

"Kami akan mengajukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum," ujar Banarjee.

Juru bicara Komisi Pemilihan Umum India tidak menanggapi komentar atas pernyataan Banarjee maupun uji coba senjata anti-satelit tersebut. Pemilu India akan dilangsungkan pada 11 April 2019 mendatang.

India telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar angkasa India.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.

"Beberapa waktu lalu para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa," ujar Modi.

India telah memiliki program luar angkasa selama bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).

"Ruang angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata Chellaney.

Seorang pakar dari Institute for Defence Studies and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena khawatir terhadap kecaman internasional.

Lele mengatakan, India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India menggunakan rudah yang tidak memiliki hulu ledak.

"India telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement