REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah petinggi Boeing Co masih belum mau berkomentar setelah melakukan pertemuan dengan pihak manajemen Garuda Indonesia. Pertemuan tersebut digelar terkait dengan negosiasi pembatalan pesawat Boeing 737 MAX 8.
"No comment," kata Sales Director International Sales The Boeing Company, Samir Belyamani, kepada beberapa wartawan yang menunggu di lobi kantor Garuda di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Kamis (28/3) pagi sekitar pukul 10.00 WIB.
Namun, ujar dia, bila pihak wartawan memiliki pertanyaan lebih lanjut dapat diajukan melalui surat elektronik atau email. Pertanyaan tersebut, lanjutnya, akan dibalas oleh pihak perwakilan regional Boeing yang di kawasan Asia Tenggara, berbasis di Singapura.
Petinggi Boeing tersebut telah mendatangi kantor Garuda yang terletak di area perkantoran Bandara Soekarno-Hatta dari sekitar pukul 09.00 WIB. Pertemuan dilakukan berkaitan dengan kerja sama pembelian pesawat milik perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara juga tidak mau berkomentar mengenai hasil pertemuan dengan petinggi The Boeing Company yang digelar di kawasan perkantoran Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Kamis pagi. Ari Askhara segera memasuki mobil setelah menyapa beberapa jurnalis yang menunggu sejak pagi hari. Ia tidak mau berkomentar dan menyatakan bahwa dia terburu-buru karena ada pertemuan lain.
Sebelumnya diwartakan, pihak Maskapai Garuda Indonesia akan bertemu dengan petinggi perusahaan manufaktur pesawat asal Amerika Serikat Boeing terkait pengajuan pembatalan pengiriman 49 unit pesawat Boeing 737 MAX 8. “Mereka (petinggi Boeing) akan datang ke Indonesia,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara pada Jumat (22/3).
Ari mengatakan, pihaknya telah mengajukan pembatalan tersebut. Kemungkinan, perseroan mengusulkan penggantian dengan jenis pesawat lainnya.
“Kemungkinan (penukaran) itu ada, tapi saat ini belum mengajukan opsi ke Boeing, baru ‘cancel’ saja,” katanya.
Dari total 50 unit pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dipesan Garuda, satu di antaranya sudah dioperasikan untuk penerbangan domestik. Namun, dia mengaku masih belum dibahas terkait satu unit Boeing 737 Max 8 yang sudah beroperasi tersebut.
“Belum dibahas,” kata Ari.
Terkait biaya yang sudah dikeluarkan untuk pembelian pesawat tersebut, Ari mengatakan semua dibeli menggunakan skema pembiayaan (leasing). “Kami enggak ada ‘capital expenditure’ tapi ‘operational expenditure’” katanya.
Ari mengatakan pembatalan tersebut karena hilangnya kepercayaan publik terhadap pesawat Boeing 737 MAX 8 setelah mengalami dua kali kecelakaan, yakni Lion Air JT 610 dan Ethiophian Airlines ET 302. Terlebih, sejumlah otoritas penerbangan Uni Eropa dan Amerika Serikat Federal Aviation Administration sudah melarang sementara pengoperasian jenis pesawat tersebut.