REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kanselir Austria Sebastian Kurz mengkonfirmasi terdapat keterkaitan antara pelaku teror dua masjid di Christchurch, Selandia Baru dengan kelompok ekstremis sayap kanan Austria. Kelompok ekstremis tersebut mengklaim ini melindungi identitas budaya Eropa dari Islam.
"Posisi kami sangat jelas, tidak boleh ada bentuk ekstremisme di masyarakat kita, apakah itu islam radikal atau fanatik sayap kanan," ujar Kurz, dilansir The Guardian, Kamis (28/3).
Sebelumnya, polisi telah menggeledah apartemen Ketua Indentitarian Movement Austria Martin Sellner dan menyita sejumlah perangkat elektronik. Juru bicara jaksa penuntut di Graz, Hansjorg Bacher mengatakan, Sellner telah menerima sumbangan dana sebesar 1.500 euro pada awal 2018 dari seorang donatur yang merupakan pelaku penembakan dua masjid di Christchurch, yakni Brenton Tarrant.
Pada Selasa (27/3) lalu, Sellner mengakui bahwa apartemennya telah digeledah oleh pihak kepolisian karena dirinya telah menerima sumbangan dana dari Tarrant. Kemudian, dalam sebuah email, Sellner mengucapkan terima kasih kepada pria yang telah memberikan donasi tersebut sebagai bentuk formalitas. Sellner menyatakan, donasi itu tidak ada hubungannya dengan kejadian penembakan di Selandia Baru.
Pakar hukum di Austria meragukan apakah pemerintah dapat dengan mudah membubarkan kelompok Identitarian Movement. Sebab, temuan sumbangan dana saja tidak cukup untuk membuktikan adanya koneksi antara Tarrant dengan kelompok tersebut.
Beberapa pandangan anti-Muslim yang dimiliki Tarrant digemakan oleh Identitarian Movement. Kelompok itu disebut dekat dengan Partai Kebebasan yang merupakan bagian dari koalisi pemerintahan negara. Wakil Kanselir Austria Heinz-Christian Strache merupakan pemimpin Partai Kebebasan.
Pada 2016, Strache pernah membagi video kelompok Identitarian Movement Austria di halaman Facebook-nya. Ketika itu, Strache mengapresiasi kelompok tersebut yang merupakan aktivis muda dari masyarakat sipil non-kiri. Namun, dalam konferensi pers, Stracehe menepis bahwa partainya memiliki keterkaitan dengan Identitarian Movement.
"Partai Kebebasan tidak ada hubungannya dengan Indentitarian," kata Strache.
Gerakan tersebut awalnya berasal dari gerakan pemuda Prancis sayap kanan dan anti imigran yakni Generation Identitaire. Mereka kemudian melebarkan sayapnya ke Austria, di mana seorang mahasiswa yakni Markus Willinger menulis manifestonya pada 2013.
Salah satu prinsip utama dari ideologi kelompok tersebut adalah mengklaim populasi kristen kulit putih Eropa secara sistematis telah digantikan oleh orang-orang non-Eropa. Prinsip itu serupa dengan isi dari manifesto yang diunggah oleh Tarrant di sosial media.
Sejak 2014, kantor perlindungan konstitusi dan kontra terorisme Austria telah memantau orang-orang dalam kelompok Identitarian Movement atas hubungannya dengan neo-Nazi.