Kamis 28 Mar 2019 17:40 WIB

Konsumsi Gas di Jateng Masih Didominasi Elpiji 3 Kg

Pertamina tidak bisa menindak pelaku pengguna elipiji 3 kg yang tidak sepatutnya.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Selang tabung Gas Melon
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Selang tabung Gas Melon

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Penggunaan atau konsumsi elpiji di wilayah Provinsi Jawa Tengah/DIY, masih didominasi oleh penggunaan elpiji 3 kg yang mendapat subsidi dari pemerintah. Senior Supervisor Communication Pertamina MOR (Marketing Operation Regional) IV, Arya Yusa Dwicandra, menyebutkan penggunaan elpiji 3 kg ini masih mencapai 90 persen dari seluruh jenis kemasan elpiji yang dipasarkan Pertamina.

"Ya, sampai sekarang memang masih dominan dengan penggunaan elpiji 3 kg. Kita masih terus mendorong, agar kalangan masyarakat mampu maupun dunia usaha menengah-besar, tidak lagi menggunakan elpiji 3 kg," jelas Arya dalam acara sosialisasi penggunaan elpiji yang baik dan benar di aula Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Kamis (28/3).

Baca Juga

Masih dominannya penggunaan elpiji 3 kg ini, menurutnya, bisa dilihat dari data penggunaan elpiji di Kabupaten Cilacap. Dia menyebutkan, dari sekitar 15 juta tabung elpiji yang dipasarkan Pertamina pada 2018, sekitar 90 persennya didominasi dengan elpiji kemasan 3 kg.

Terkait masalah penggunaan elpiji 3 kg yang belum tepat sasaran, Arya mengaku, pihaknya tidak bisa mengambil tindakan langsung terhadap pengguna. "Pertamina tidak memiliki kewenangan untuk menindak. Yang memiliki kewenangan ya pihak aparat," jelasnya.

Untuk itu, terkait masalah penggunaan elpiji 3 kg yang ditengarai masih banyak yang tidak tepat sasaran, Pertamina hanya bisa melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian, bagian ekonomi pemerintah daerah, dan juga dinas perdagangan. "Kita hanya bisa memberikan info, ini lho penggunaan elpiji di daerah ini sangat tinggi. Mereka yang kemudian menyelidiki dan menindak. Kita tidak bisa menindak, karena tugas hanya sekadar menjalankan regulasi yang sudah ditetapkan pemerintah," katanya.

Sementara dalam sosialisasi penggunaan elpiji di hadapan masyarakat, Arya menyebutkan, sosialisasi penggunaan elpiji memang sudah cukup lama tidak dilaksanakan Pertamina. "Sosialisasi ini, kami selenggarkan untuk menyegarkan kembali kepedulian warga, agar bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saat menggunakan elpiji," jelasnya.

Dia menyebutkan, beberapa insiden yang terjadi akibat penggunaan elpiji, sebenarnya bukan disebabkan oleh aspek keamanan tabung elpiji yang kurang memadai. "Kami jamin, dalam kasus insiden elpiji tidak ada tabung elpiji yang sampai meledak. Yang terjadi, lebih karena masalah pemasangan regulator yang tidak benar, sehingga menyebabkan gas elpiji mengalami kebocoran," jelasnya.

Menurutnya, untuk tabung elpiji yang beredar, baik tabung 3 kg yang mendapat subsidi maupun non subsidi, seluruhnya sudah melalui standar pengamanan atau //quality control yang ketat. Namun untuk regulator dan selang regulatornya, Pertamina tidak ikut mengawasi karena tidak dikeluarkan Pertamina.

"Namun kami berharap, masyarakat menggunakan regulator dan selang regulator yang sudah memiliki standar SNI. Harganya sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Lebih dari harga itu, saya kira tidak akan ada bedanya. Yang penting, perhatikan apakah sudah memiliki standar SNI atau tidak, katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement