Kamis 28 Mar 2019 19:14 WIB

Rusia Konfirmasi Kehadiran Tentara Militernya di Venezuela

Rusia mengatakan pasukannya di Venezuela bukan untuk operasi militer.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro saat peringatan Angostura Discour Bicentennial di Ciudad Bolivar, Venezuela (15/2).
Foto: EPA
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro saat peringatan Angostura Discour Bicentennial di Ciudad Bolivar, Venezuela (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Militer Rusia telah tiba di Venezuela. Hal tersebut disampaikan atase militer Venezuela di Moskow, Jose Rafael Torrealba Perez, pada Kamis (28/3).

Dalam keterangannya yang dikutip kantor berita Interfax, Perez mengungkapkan bahwa kehadiran pasukan Rusia di negaranya tidak bertujuan untuk berpartisipasi dalam operasi militer. “Kehadiran tentara Rusia di Venezuela terkait dengan diskusi kerja sama di bidang militer-teknis,” ujarnya.

Baca Juga

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova turut mengonfirmasi informasi yang disampaikan Perez. “Ahli (militer) Rusia telah tiba di Venezuela sesuai dengan ketentuan perjanjian bilateral antarpemerintah tentang kerja sama militer-teknis. Tidak ada yang membatalkan dokumen ini,” kata Zakharova.

Kendati demikian, dia menegaskan Rusia tidak memiliki niat untuk mengganggu stabilitas di kawasan tersebut. “Rusia tidak mengubah keseimbangan kekuasaan di kawasan itu, Rusia tidak mengancam siapa pun, tidak seperti warga negara (pejabat) di Washington,” ucapnya.

Pada Sabtu pekan lalu, dua pesawat angkatan udara Rusia mendarat di luar Caracas. Pesawat itu mengangkut sekitar 100 tentara Rusia. Namun saat itu, Rusia menolak mengomentari tentang kedatangan pasukannya di Venezuela.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pada Rabu (27/3), telah meminta Rusia untuk menarik seluruh pasukannya dari Venezuela. Dia memperingatkan bahwa semua opsi telah tersedia dan siap dieksekusi.

Venezuela diketahui sedang dilanda krisis ekonomi. Krisis semakin memburuk karena adanya perebutan kekuasaan di negara tersebut, yakni antara Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan pemimpin oposisi Juan Guaido.

Guaido, yang telah memproklamasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela pada Januari lalu, menghendaki Maduro lengser dari jabatannya. Sementara, Maduro masih bertekad mempertahankan kekuasaannya.

Dukungan dunia internasional pun terpecah kepada dua tokoh tersebut. AS, Israel, Australia, dan mayoritas negara anggota Uni Eropa membela kepemimpinan Guaido di Venezuela. Sedangkan Maduro memperoleh dukungan dari beberapa negara, antara lain Rusia, Cina, Turki, dan Kuba.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement