REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Para petambak garam di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur meminta pemerintah mempertimbangkan kembali rencana impor garam. Alasannya, saat ini masih banyak hasil produksi garam yang belum terserap.
"Kondisi kami di Pamekasan sama dengan yang dialami para petambak garam lainnya di Madura, yakni banyak hasil produksi kami yang belum terserap," kata petambak garam di Desa Lembung, Kecamatan Galis, Pamekasan, Zaimah, Kamis (28/3).
Zaimah bukan pemilik tambak. Ia hanya kuli garam yang bekerja saat musim produksi garam.
Namun, meski hanya sebagai kuli, ia bersama puluhan pekerja garam lainnya sangat merasakan dampak dari kejadian itu. Sebab sistem pembayaran yang diterapkan oleh pemilik tambak, apabila garam telah terjual.
"Saat ini, masih ada sebagian garam hasil produksi dimana kami bekerja belum laku, sehingga kami tidak bisa menerima bayaran," katanya.
Ia menuturkan, pada musim produksi garam tahun 2018 ini, hasil produksi lebih banyak dari tahun sebelumnya, karena cuaca bagus dan tidak sering turun hujan. "Tapi meskipun cuaca bagus, jika garam tidak terjual, kan sama saja bagi kuli garam seperti kami ini," kata kuli garam lainnya Zainuddin.
Kecamatan Galis, merupakan satu dari tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan yang menjadi sentra produsen garam. Dua kecamatan lainnya adalah Kecamatan Pademawu dan Kecamatan Tlanakan.
Sementara itu, berdasarkan hasil pendataan Dinas Perikanan dan Kelautan Pemkab Pamekasan, prosuksi garam rakyat di Kabupaten Pamekasan pada tahun 2018 sebanyak 127 ribu ton lebih.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan dan Pembudidayaan Ikan Dinas Perikanan Pemkab Pamekasan Mohammad Istamam, jumlah produksi itu lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 3 ribu ton. "Peningkatan produksi yang sangat signifikan ini terjadi, karena cuaca pada tahun 2018 memang bagus, sedangkan pada tahun 2017 sering turun hujan saat musim produksi," katanya.
Jika cuaca bagus, maka produksi garam akan lebih banyak, sehingga hasil produksi juga jauh lebih banyak. Ia menuturkan, pada tahun 2017, produksi garam hanya satu kali, lalu turun hujan, tapi pada 2018 berlangsung hingga tiga kali, bahkan ada yang hingga 4 kali produksi.
"Ini yang menyebabkan hasil produksi garam meningkat tajam," katanya.
Sementara, terkait permintaan para petambak agar memperhatikan serapan garam rakyat yang hingga kini belum terjual, Istamam menjelaskan, memang telah menjadi perhatian Pemkab Pamekasan. "Memang persoalan yang sering disampaikan masyarakat petambak garam kita seperti itu. Kami masih berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait soal ini, termasuk dengan pemerintah pusat," katanya, menjelaskan.