Jumat 29 Mar 2019 08:55 WIB

Transportasi Umum Bisa Tekan Emisi

Bus listrik Transjakarta segera diujicobakan.

Rep: Mimi Kartika/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana MRT Jakarta
Foto: istimewa
Suasana MRT Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO WWF Indonesia Rizal Malik meminta masyarakat bergaya hidup yang lebih hijau dan berkelanjutan. Menurut dia, salah satu caranya menggunakan transportasi umum demi mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen pada 2030 dan 11 persennya adalah dari transportasi publik. Untuk itu, publik juga harus ikut serta dengan cara menggunakan transportasi publik," ujar Rizal, Kamis (28/3).

Ia mengatakan, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), konsumsi energi dalam sektor transportasi 2007 sebesar 29 persen dan meningkat menjadi 47 persen pada 2017. Pada 2016 tercatat sektor transportasi menghasilkan emisi sebanyak 1,28 juta ton dengan rata-rata peningkatan 6,7 persen per tahun.

Ia melanjutkan, peningkatan emisi tersebut lebih besar 1,5 kali lipat daripada konsumsi abadi sehingga harus ditekan. Untuk itu, masyarakat diharapkan bersama-sama menggunakan transportasi publik untuk mengurangi emisi rumah kaca.

Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin mendukung gerakan masyarakat aktif menggunakan transportasi umum. Ia mengatakan, pihaknya senantiasa mengajak masyarakat untuk aktif menggunakan MRT Jakarta.

"MRT Jakarta aktif mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, contohnya dengan beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum," kata Kamaluddin.

Menurut dia, satu rangkaian Ratangga dapat mengangkut 1.200 sampai 1.800 orang yang terdiri atas enam kereta. Satu kali rute dari Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 16 kilometer menggunakan pantograf listrik sebangak 1.500 VDC.

Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, emisi transportasi berkontribusi sampai 46 persen terhadap emisi di perkotaan, terlebih kalau kendaraan pribadi digunakan. Menurut dia, pihaknya berkomitmen memudahkan warga naik transportasi massal dengan mengintegrasikan rute dan halte.

Ia berupaya mewujudkan integrasi Transjakarta dengan MRT, lintas rel terpadu (LRT), dan kereta rel listrik (KRL), baik rute pengumpan maupun kawasan permukiman di selatan hingga lanjutan di pusat kota. "Bahkan electric mobility bisa menjadi pilihan untuk menekan lagi emisi dengan melalui uji coba terlebih dahulu," kata Agung.

Uji Coba Bus Listrik

PT Transjakarta menyatakan tidak ingin fanatik pada satu merek produk dari negara tertentu soal pengadaan bus listrik untuk memperkuat armada operasionalnya yang ada saat ini. Saat ini sudah ada 14 penyedia bus di seluruh dunia yang memiliki rekam jejak yang baik dalam pengadaan bus listrik tersebut.

“Bus listrik tersebut akan segera diujicobakan yang rencananya pada bulan Mei atau Juni. Namun, dari semua penyedia bus yang ada, baru ada dua yang menyatakan kesiapannya, yakni PT Mobil Anak Bangsa (MAB) dan pabrikan Cina Build Your Dream (BYD) yang sudah tersebar di seluruh dunia,” kata Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono, Kamis (28/3).

Ia melanjutkan, meski ada satu perusahaan dari Indonesia, mereka tetap memiliki teknologi yang tinggi. Sementara itu, satu perusahaan berasal dari Cina. Ada sekitar tiga bus yang siap, terdiri atas satu dari MAB dan dua dari BYD; yang satu bus single dan satu lagi bus medium.

Kedua perusahaan tersebut, kata Agung, menyatakan kesiapannya sejauh ini untuk uji coba tahun 2019 dengan sanggup memenuhi kriteria operasional serta siap untuk bekerja sama dengan PLN untuk suplai listrik maupun teknologinya.

“Kami juga masih menunggu dari Eropa, Volvo misalnya. Mereka bilang butuh 18 bulan baru bisa siap. Mercedes bilang dalam waktu dekat ini. Yang lain misalnya Hino dari Jepang. Kita juga terbuka,” ujar dia.

Merek-merek dunia tersebut, kata Agung, memang memiliki spesifikasi yang dibutuhkan Transjakarta, terutama soal kenyamanan. Namun, pihaknya menilai yang terpenting adalah kesiapan setiap bus untuk beroperasi di lingkungan Transjakarta.

Komponen bus listrik terpenting adalah baterai. Dengan iklim tropis seperti Indonesia, baterai jenis AC banyak terpakai. Sementara itu, bus Eropa tidak berada dalam situasi tersebut. “Ini yang mereka infonya mau dikembangkan lagi. Bagi saya, jika ingin beroperasi di Indonesia, siapkan kebutuhan untuk di Indonesia,” kata dia menjelaskan.

Sebanyak 10 unit bus listrik direncanakan untuk diujicobakan Transjakarta. Namun, dia belum menentukan koridor mana yang akan dilalui bus listrik tersebut. Pemerintah Provinsi DKI ingin bus listrik berada di jalur yang bisa membangun kesadaran publik untuk naik transportasi umum dan rute-rute itu bisa dikontrol, misalnya koridor 1 dan 13.

Bus dari PT MAB dan BYD tersebut, diinformasikan oleh pihak Trasjakarta, sempat dipamerkan dalam acara Busworld South East Asia 2019 pada 20-22 Maret 2019 lalu. Bus tersebut pun mendapatkan sambutan luar biasa dari pengunjung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement