Kamis 28 Mar 2019 22:18 WIB

Berkunjung ke Pesantren Adalah Amanat Pak Harto

Tutut Soeharto: Rajin Berkunjung ke Pesantren Adalah Salah Satu Amanat Pak Harto

Putri mantan Presiden Soeharto Siti Hardjianti Rukmana atau Tutut Soeharto memberikan sambutan pada acara milad ke-38 tahun di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, Selasa (5/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Putri mantan Presiden Soeharto Siti Hardjianti Rukmana atau Tutut Soeharto memberikan sambutan pada acara milad ke-38 tahun di Gedung Sasana Kriya TMII, Jakarta, Selasa (5/2).

JAKARTA — Selalu menyediakan waktu untuk mengunjungi alim ulama dan para santri penuntut ilmu agama di berbagai pesantren merupakan salah satu amanat Presiden Soeharto kepada anak-anaknya semasa beliau masih hidup.  Putra-putri Pak Harto pun terus menghidupkan kebiasaan tersebut sebagai salah satu bakti mereka kepada Sang Ayah.

Kenyataan itu dibeberkan Mbak Tutut kepada wartawan dalam sebuah pertemuan informal di rumah kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Menurut Mbak Tutut, kebiasaan Pak Harto itulah yang membuat almarhum memiliki kedekatan dengan berbagai ulama dan pesantren yang mereka pimpin, saat Pak Harto mengemban amanat sebagai presiden.

Salah seorang kyai yang dikenalnya sangat dekat dengan Pak Harto adalah KH Muhammad Ma’sum, pendiri dan Pembina Pondok Pesantren Al-Ishlah, Bondowoso, Jawa Timur.

“Sebagai wujud meneladani almarhum Bapak pula, maka perjalanan mengunjungi beberapa pesantren di Jawa Timur ini kami lakukan,” kata Mbak Tutut.

Bersama adiknya Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mbak Mamiek, rombongan Putri sulung Pak Harto itu akan mengunjungi pesantren Tambak Beras di Jombang dan Pondok Pesantren Al Kamal di Blitar.

Sebagaimana diketahui masyarakar luas, Pak harto semasa hidupnya rajin melakukan kunjungan incognito atau blusukan ke berbagai pesantren. Bedanya, saat itu Pak Harto tidak pernah membawa rombongan kru media dan kru televisi.

Misal, pada 25 Juli 1970 Pak Harto bersilaturahmi ke Pesantren Tebuireng, Jombang, dalam rangkaian kunjungan incognito beliau. Dalam perjalanan menuju pesantren, Pak Harto sempat singgah di Desa Sentul, Kecamatan Tembalang, Jombang, untuk menyaksikan proyek Bimas setempat.

Di sana Pak Harto melihat sebuah pameran hasil bumi dan kerajinan yang digelar penduduk. Momen itu bisa dilihat dalam gambar di Museum Purna Bhakti Pertiwi.

Pesantren pertama yang dikunjungi Pak Harto saat itu adalah Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Tambakrejo-Jombang. Pesantren ini didirikan Kyai Haji Abdus Salam, pengikut Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan nama Mbah Soichah, tahun 1825 -- atau di masa akhir Perang Jawa.

Dari pesantren ini tampil KH Abdul Wahib Wahab yang menjadi menteri agama era Presiden Soekarno. Di pesantren ini pula, dulu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) pernah menimba ilmu.

Pada rangkaian kunjungan itu Pak Harto juga bersilaturahmi ke Pesantren Darul Ulum, Rejoso, dan Pesantren Mambaul Maarif di Denanyar, serta Pesantren Tebu Ireng.

Pesantren Tebu Ireng adalah pesantren terkemuka yang didirikan KH Hasyim Asy’ari tahun 1899. Bisa dibilang itulah induk pesantren-pesantren di Jawa Timur. Sejumlah tokoh penting dalam dunia politik Indonesia lahir dari pesantren ini. Antara lain KH Wahid Hasyim, KH Yusuf Hasyim, KH Abdurahman Wahid, dan KH Solahudin Wahid.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement