Jumat 29 Mar 2019 11:47 WIB

UNS Gelar Lomba Pidato Bahasa Jawa

Lomba pidato bertujuan melestarikan bahasa Jawa dan perayaan Dies Natalis UNS

Rep: Binti Sholikah/ Red: Christiyaningsih
Gedung kantor pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
Foto: Republika/Binti sholikah
Gedung kantor pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menggelar lomba pidato berbahasa Jawa tingkat nasional, Rabu (27/3) silam. Lomba tersebut sebagai sarana melestarikan budaya Jawa sekaligus merayakan Dies Natalis ke-43 UNS.

Salah satu dosen Sastra Jawa di FIB UNS, Siswoyo Eko Wijoyo, mengatakan lomba pidato berbahasa Jawa tersebut digelar sebagai salah satu upaya dari Program Studi Sastra Daerah FIB UNS untuk melestarikan bahasa, sastra, dan budaya. Khususnya budaya Jawa dalam menghadapi arus modernisasi Revolusi Industri 4.0.

Baca Juga

"Lomba pidato berbahasa Jawa diangkat sebab penggunaan bahasa Jawa formal masih sangat penting dan dibutuhkan di zaman sekarang," jelasnya seperti tertulis dalam siaran pers, Jumat (29/3).

Menurutnya penguasaan materi bahasa Jawa oleh generasi muda di zaman sekarang sudah sangat kurang. "Lomba pidato berbahasa Jawa ini selain untuk melestarikan bahasa Jawa namun juga sebagai sarana untuk mengasah kemampuan generasi muda dalam berbahasa Jawa," imbuhnya.

Lomba tersebut diikuti 37 peserta dari berbagai perguruan tinggi di beberapa provinsi. Di antaranya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, dan STKIP PGRI Ponorogo. Serta diikuti mahasiswa dari Universitas Udayana, Bali.

Sehari sebelumnya Prodi Sastra Daerah FIB UNS juga menggelar lomba Macapat tingkat nasional. Lomba macapat tingkat nasional tersebut mengangkat tema "Sumbangan Bahasa, Sastra, dan Budaya dalam Membangun Karakter Mahasiswa dan Generasi Muda”. Tema tersebut diangkat sebab dalam perkembangan zaman yang semakin mengarah ke dunia digital diperlukan adanya pembangunan karakter bagi insan muda tanah air. Khususnya bagi kalangan mahasiswa, melalui kebudayaan tradisional Indonesia, terutama budaya Jawa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement