REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Para pejabat senior Korea Selatan (Korsel), termasuk Presiden Moon Jae-in, meluncurkan serangkaian pertemuan dengan timpalan AS mereka. Mereka akan memulai pembicaraan denuklirisasi Korea Utara (Korut) yang gagal dan memperbaiki hubungan yang terjalin dalam aliansi mereka.
Presiden Korsel Moon akan bertemu Presiden AS Donald Trump dalam KTT di Washington pada 11 April untuk membahas Korut dan masalah aliansi lainnya. "Aliansi antara Amerika Serikat dan Republik Korea tetap menjadi kunci utama perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea dan di kawasan itu," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, Jumat (29/3).
Kegagalan Trump menyepakati perjanjian pada pertemuan puncak kedua dengan pemimpin Korut Kim Jong-un di Hanoi pada Februari adalah pukulan bagi Moon. Moon sebelumnya vokal dalam keyakinannya bahwa Kim bersedia meninggalkan persenjataan nuklirnya.
Washington dan Seoul juga berselisih mengenai biaya pasukan AS di Korsel, dengan Trump menuntut agar Seoul membayar lebih untuk mempertahankan sekitar 28.500 dolar AS dari mereka. Menjelang KTT, Korsel mengatakan akan mengirim menteri luar negeri dan pertahanannya, di antara pejabat senior lainnya untuk pertemuan di Washington.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengangkat tangan mereka setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan.
Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Jumat setelah KTT Trump-Kim yang gagal. "Menteri Pertahanan Jeong Kyeong-doo akan bertemu dengan menteri pertahanan AS, Patrick Shanahan pada hari Senin," kata kementerian pertahanan.
Kurangnya kemajuan dengan Korut telah menjadi masalah dalam negeri bagi Moon, yang telah mempertaruhkan banyak modal politiknya untuk meningkatkan hubungan dengan Pyongyang. Sebuah jajak pendapat Gallup yang dirilis pada Jumat menunjukkan peringkat persetujuan Moon mencapai rekor terendah 43 persen karena responden mengeluh tentang kurangnya kemajuan dengan Korut sementara ekonomi dalam kondisi buruk.