Jumat 29 Mar 2019 17:31 WIB

Harga Gabah di Banyumas Makin Anjlok

Harga gabah sudah bertengger di bawah Harga Pembelian Pemerentah.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Friska Yolanda
Buruh tani mengangkat gabah yang baru dipanen (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Buruh tani mengangkat gabah yang baru dipanen (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Harga gabah hasil panen petani di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya, terus merosot tajam. Bila pekan lalu harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani masih Rp 5.000 per kg, saat ini hanya dihargai Rp 4.500 per kg. Sedangkan harga kering panen (GKP), hanya Rp 3.500 per kg,

"Bahkan saya baru mendapat kabar, harga GKP petani di Sidareja Cilacap, sudah anjlok lebih dalam lagi. Hanya dihargai Rp 3.200 per kg," jelas Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas, Fathurrahman, Jumat (29/3).

Baca Juga

Menurutnya, harga gabah tersebut sudah bertengger di bawah HPP (Harga Pembelian Pemerentah) sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang HPP beras dan gabah. Dalam Inpres tersebut ditetapkan, HPP GKP di tingkat petani dipatok Rp 3.700 per kg dan HPP GKG ditetapkan seharga Rp 4.600 per kg.

Fathur menyebutkan, harga gabah petani selama beberapa pekan ke depan diperkirakan akan semakin anjlok karena pedagang beras juga membatasi pembelian. Sementara, daerah-daerah yang memasuki musim panen terus bertambah. 

Menurutnya, pembatasan pembelian yang dilakukan pedagang, merupakan efek berantai dari kebijakan pemerintah mengganti program raskin dengan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai). "Dari informasi yang kami peroleh, perubahan kebijakan ini menyebabkan Bulog sendiri kesulitan menyalurkan beras yang diperoleh dari program penyerapan," jelasnya.

Dia menyebutkan, pada tahun-tahun lalu saat program raskin masih berjalan, pada setiap menjelang musim panen, Bulog biasanya akan melakukan kontrak pengadaan beras dengan sejumlah mitra kerjanya. Namun pada tahun ini, hingga musim panen berlangsung, belum ada kontrak pengadaan beras yang dilakukan Bulog.

"Informasinya, stok beras yang ada di gudang Bulog masih melimpah, sehingga pengadaan beras belum dilakukan," jelasnya.

Dia menyebutkan, bila kondisi ini terus dibiarkan, bisa dipastikan harga beras di tingkat petani akan semakin anjlok. "Bagaimana pun, program raskin yang sebelumnya dilakukan Bulog bisa menjadi fungsi  pengendalian harga beras agar harga beras dan gabah di tingkat petani tidak semakin jatuh," jelasnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement