Jumat 29 Mar 2019 23:50 WIB

Sekolah Tinggi PLN Olah Sampah Jadi Listrik

Pengolahan sampah dilakukan dengan teknik peuyeumisasi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Petugas melintas di depan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019).
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Petugas melintas di depan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Tinggi Teknik (STT) Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama dengan Pemerintah Bali untuk membuat program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS). Teknologi ini telah dijalankan di Kabupaten Klungkung dan merupakan kerjasama antara STT PLN serta Indonesia Power. 

“Program TOSS yang ada di Kabupaten Klungkung. Pada awalnya bukan perkara mudah dalam menjalankan program ini, namun saya optimis TOSS bisa dijadikan pembelajaran untuk kepala daerah lainnya dan untuk akademisi yang sedang melakukan riset”, ujar Bupati Klungkung, Suwita, Jumat (29/3).

Dia menjelaskan TOSS merupakan program olah sampah menjadi energi alternatif. Pada proses pengolahannya TOSS melakukan beberapa tahap. “Proses pertama yang dilakukan adalah pengumpulan sampah, kemudian peuyeumisasi dan briketisasi,” ucapnya.

Peuyeumisasi merupakan teknik mengubah sampah menjadi gas menggunakan alat bio aktivator, kemudian gas tersebut digunakan sebagai bahan bakar menggerakkan generator untuk memproduksi listrik. Sementara briketiasi adalah teknik mengubah sampah menjadi bahan bakar briket.

Selain itu, pihaknya ingin mengembangkan riset-riset mahasiswa agar tidak menjadi sekedar jurnal riset.

“Kami selaku pemerintah daerah mendukung bekerja sama dengan perguruan tinggi, karena saya tidak mau penelitian akademisi menjadi jurnal atau sekedar riset saja dan tidak keluar untuk diaplikasikan,” ucapnya.

Diharapkan ke depan program TOSS ini dapat menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan sampah. “Saya berharap dengan program ini, terutama karena program ini sudah berskala nasional, Pemerintah Pusat diharapkan melakukan inventarisir untuk program-program skala nasional lainnya,” ungkapnya.

Diharapkan juga, lanjut Suwirta, program ini tidak hanya menjadi usaha lokal tapi bisa menjadi usaha skala nasional. Artinya, harus ada tekanan kepada Kepala Daerah dalam menangani permasalahan soal sampah, karena persoalan sampah ini tidak hanya di Klungkung.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan STT PLN sekaligus Projek Manajer TOSS di Bali dan Nusa Tenggara, Arif Noer Hidayat memberikan apresiasi kepada Bupati Klungkung yang telah mendukung riset pengolahan sampah TOSS. “Ini merupakan karya anak bangsa yang perlu diimplementasikan dan sangat mudah untuk dilakukan oleh masyarakat Indonesia, patut dicontoh Kepala Daerah lain yakni dengan menerima kami sebagai akademisi inovator dan merangkul anak muda Indonesia”, ungkap Arif.

Dirjen Penguatan Inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Jumain Appe menilai program penelitian dan inovasi yang dilakukan untuk mencari energi terbarukan. “Salah satunya sampah yang menjadi energi, penelitian seperti ini memang banyak dilakukan dan tumbuh berbagai teknologi baru oleh berbagai inovator namun bagaimana Inovasi tersebut dapat berkembang maka harus dilakukan kerja sama baik itu dari pemerintah sebagai fasilitator,” ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement