Jumat 29 Mar 2019 20:28 WIB

Penduduk Golan tidak Terkejut dengan Keputusan AS

Pernyataan Trump tidak akan mengubah kondisi Golan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Seekor kuda berjalan di salju di wilayah Golan yang dikuasai Israel. Presiden AS Donald Trump telah mengakui klaim Israel atas wilayah Golan, Senin (25/3).
Foto: AP
Seekor kuda berjalan di salju di wilayah Golan yang dikuasai Israel. Presiden AS Donald Trump telah mengakui klaim Israel atas wilayah Golan, Senin (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GOLAN -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump beberapa hari lalu. Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu yang tengah berjuang untuk kehidupan politiknya di tengah tuduhan korupsi dan penyuapan, telah menyiapkan hadiah kepada Trump.

Hadiah tersebut yaitu anggur yang dibuat oleh pemukim Yahudi ilegal di Dataran Tinggi Golan. Banyak orang di seluruh dunia, bahkan Israel sendiri memboikot anggur Golan karena diproduksi di tanah curian.

Baca Juga

Di sisi lain, sebagai gantinya, Trump juga telah menyiapkan hadiah yang lebih menarik bagi Netanyahu. Presiden Trump, tanpa sepengetahuan beberapa staf seniornya telah memutuskan secara sepihak mengakui pencaplokan Dataran Tinggi Golan oleh Israel. Keputusan ini ditolak oleh seluruh komunitas dunia, dan Dewan Keamanan mengeluarkan reolusi atas pencaplokan tersebut.

Keputusan AS dibuat satu minggu setelah Departemen Luar Negeri AS membali membalikkan lima dekade kebijakan AS dengan mengubah istilah yang dignakan untuk status Dataran Tinggi Golan dari 'wilayah pendudukan' menjadi 'wilayah yang dikontrol Israel'. Aksi demonstrasi terjadi di seluruh Suriah pada 26 Maret 2019 menentang pengakuan AS terhadap kedaulatan Israel atas Golan.

Namun, reaksi yang lebih menarik terjadi di Dataran Tinggi Golan, di mana demonstrasi digelar pada 23 Maret 2019 di kedua sisi pagar yang memisahkan wilayah di bawah pendudukan Israel dan wilayah Suriah. Salah satu penduduk kota Golan, Majdal Shams memprotes keputusan AS bersama rekan-rekannya di Quneitra. Namun di sisi lain, keputusan AS itu tidak mengejutkan bagi 20 ribu warga Suriah yang tetap tinggal di lima desa di wilayah Golan yang diduduki Israel.

Salah satunya, Nehad Rada, seorang aktor yang menjalankan organisasi teater nonpemerintah bernama Golan Heights Artistic Production. Rada mengatakan kepada Al-Monitor, Jumat (29/3), keputusan AS tersebut tidak akan mengubah kondisi Golan.

"Secara umum, pendapat kami sama. Tanah ini adalah Suriah dan ini tidak akan berubah," ujar Rada.

Bahkan Rada sempat berkelakar mengejek Presiden Trump karena dia memberikan tanah yang bukan miliknya semata-mata hanya karena keinginannya sendiri. "Jika seseorang tertarik pada salah satu dari 50 negara bagian Amerika, tolong beri tahu saya dan kami akan mengadakan rapat umum untuk memanggil untuk orang itu, katakanlah, Kalifornia atau Florida," katanya.

Salah satu pemimpin komunitas lokal terkemuka Dataran Tinggi Golan, Thaer Abu Saleh mengatakan, keputusan Presiden Trump tidak mengejutkan bagi mereka. Sejak 2011, Israel telah berusaha menegakkan realitas baru di wilayah tersebut dengan menggunakan perang internal di Suriah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement