REPUBLIKA.CO.ID, GOMA -- Republik Demokratik Kongo mencatat pada Jumat (29/3) kemarin ada 15 kasus ebola yang ditemukan dalam satu hari. Kementerian Kesehatan Kongo mengatakan angka itu menjadi angka tertinggi sejak wabah ebola dideklarasikan pada Agustus tahun lalu.
Satu hari sebelumnya tercatat 14 kasus. Maka pekan ini juga tercatat sebagai pekan tertinggi penemuan kasus ebola dalam satu pekan. Meski baru-baru ini pejabat kesehatan negara itu mengatakan dua pekan lalu sebagian besar wabah tersebut dapat di kuasai dan dapat dihentikan pada bulan September mendatang.
Pekerja kesehatan membawa peralatan baru untuk melawan wabah epidemi terbaru dari demam berdarah. Salah satu dengan vaksin dan beberapa perawatan lainnya. Tapi ketidakpercayaan masyarakat terhadap penanggap pertama dan kekerasan pemberontak memundurkan langkah itu.
Sejak bulan lalu terkadang pemberontakan menyerang lima pusat perawatan Ebola. Kekerasan pemberontak membuat tim medis Prancis yang dipimpin badan amal Medecins Sans Frontieres (MSF) menghentikan aktivitas mereka di pusat wabah pada bulan lalu.
Wabah penyakit dengan gejala muntah, diare, dan pendarahan ini menjadi wabah terbesar kedua di Afrika Barat. Pada 2013 sampai 2016, ebola menewaskan sekitar 11 ribu orang.
Kementerian Kesehatan Kongo yakin pada Jumat kemarin Ebola menewaskan 660 orang serta menginfeksi 399 orang lainnya.