REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Wilayah Bangka Belitung berhasil mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid pertama di Sumatera. PLTS hybrid merupakan teknologi pembangkitan listrik yang memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi utama dengan mengombinasikan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai cadangan.
Prinsip kerjanya dengan mengonversikan energi dari sinar matahari menjadi energi listrik menggunakan panel surya dalam jumlah tertentu untuk menyuplai listrik ke rumah pelanggan.
Apabila energi dari sinar matahari lebih besar dari beban pelanggan, maka kelebihan energinya akan digunakan untuk mengisi baterai. Sebaliknya, apabila energi dari sinar matahari tidak cukup, akibat cuaca mendung atau menjelang malam hari, maka kekurangan energi tersebut akan disuplai dari baterai.
Melalui pola operasi “full auto” sistem akan menyajikan aliran daya yang optimum dari sumber daya yang ada, sehingga pembangkit akan secara otomatis mengontrol operasi genset yang juga tersambung dengan panel surya. Genset akan beroperasi hanya apabila kondisi kapasitas baterai sudah rendah dan atau beban melebihi batas nilai yang ditetapkan inverter.
Kapasitas pembangkit yang digunakan untuk menerangi 1.243 pelanggan dengan demand 44 kilowatt (kW) ini tercatat sebesar 80 kilo Watt peak (kWp) yang dilengkapi inverter berkapasitas 1.000 kVA, baterai kapasitas 350 kWh dan genset kapasitas 100 kVA.
Sebelumnya, pelanggan di pulau yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan ini dilistriki oleh PLN menggunakan PLTD selama 24 jam, namun melalui penerapan teknologi ini pola operasi pada siang hari berubah dengan memanfaatkan energi matahari.
“Pelanggan di Pulau Celagen ini disuplai penuh dengan menggunakan PLTS mulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB, pada malam hari secara otomatis suplai beralih menggunakan PLTD tanpa ada kedip di rumah pelanggan,” jelas Manajer PLN Unit Pembangkitan Ketenagalistrikan (UPK) Bangka Belitung, I Made Hartayasa.
Di samping itu, pemanfaatan PLTS Hybrid juga berdampak pada penghematan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). “Semenjak PLTS Hybrid dioperasikan, ada penurunan konsumsi BBM yang cukup signifikan, dari sebelumnya 338 liter per hari menjadi 296 liter per hari. Artinya terdapat penghematan sebesar 43 liter per hari atau setara Rp 373.198 per hari,” terang Made.
“Ini berarti, dalam satu tahun terdapat efisiensi sebesar Rp 136.217.321 per tahun yang mana hal tersebut berdampak positif pada efisiensi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) sistem kelistrikan Celagen yang sebelumnya sebesar Rp 2.836,03 per kWh menjadi Rp 2.485,15 per kWh, atau turun sebesar Rp 350.08 per kWh,” Imbuhnya.
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Wilayah Bangka Belitung, Abdul Mukhlis mengungkapkan bahwa pengoperasian PLTS Hybrid pertama di Sumatera ini adalah langkah strategis dalam menyukseskan program pencapaian Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi sebesar 23 persen pada tahun 2025.
“Pengoperasian PLTS Hybrid ini menjadi langkah awal dari grand strategy PLN UIW Bangka Belitung, di mana pada tahun 2020 nanti seluruh pulau-pulau terpencil di Bangka Belitung akan diterangi menggunakan EBT,” pungkasnya.
Mukhlis menambahkan, pada akhir tahun ini Pulau Bukulimau ditargetkan beroperasi menggunakan PLTS Hybrid dan teknologi konversi High Speed Diesel (HSD) menjadi minyak kelapa sawit mentah atau yang bisa disebut dengan CPO (Crude Palm Oil).
Lebih dari itu, sebagai daerah kepulauan yang memiliki pelanggan tersebar di pulau-pulau terpencil yang mana di daerah tersebut dilistriki oleh PLN menggunakan PLTD, maka di tahun 2020 mendatang sebanyak enam pulau ditargetkan beroperasi menggunakan EBT berteknologi hybrid CPO. Keenam pulau tersebut adalah Pulau Pongok, Nangka, Sumedang, Seliu, Selat Nasik, dan Pulau Gresik.
Manfaat lain pengoperasian PLTS Hybrid ini adalah keandalan dan kontinuitas pasokan listrik yang terus terjaga. Hal ini dirasakan oleh Rendi salah seorang warga Pulau dengan luas 3,54 kilometer (km) persegi ini yang mengaku senang dengan konsistensi suplai pasokan listrik di rumahnya.
“Alhamdulilah, sekarang listrik nyala terus 24 jam, jarang padam dan bisa kami gunakan untuk berdagang,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan oleh Dita, yang merasa terbantu dengan kehadiran listrik di pulau tersebut, khususnya untuk keperluan memasak. “Dulunya susah, sekarang sudah senang apalagi belakangan (distribusi) gas cukup susah jadi kadang-kadang kita gunakan kompor listrik,” katanya.