Sabtu 30 Mar 2019 18:47 WIB

Dirjen Tanaman Pangan Imbau Manfaatkan Benih Lokal

Dengan menggunakan benih dalam negeri dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Rep: Agata Eta Andayani/ Red: Gita Amanda
Kementan memusnahkan enam ton bibit jagung dan padi mengandung hama berbahaya.
Foto: Republika/AGATA ETA ANDAYANI
Kementan memusnahkan enam ton bibit jagung dan padi mengandung hama berbahaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto menginginkan pemerintah melakukan pemanfaatan benih lokal. Gatot menilai Indonesia telah memiliki kemampuan produksi benih yang berkualitas secara mandiri.

"Swasembada benih kita sangat banyak, ini sayang untuk tidak dimanfaatkan. Kalau boleh saya menghimbau, gunakan stok benih dari produksi dalam negeri," kata Gatot dalam kegiatan pemusnahan enam ton benih jagung berbahaya di Balai Besar Karantina Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (29/3).

Baca Juga

Menurutnya dengan menggunakan benih dalam negeri dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Selain itu, penggunaan benih baru juga sebagai bagian dari kecintaan terhadap produk dalam negeri.

Selain itu pemanfaatan benih lokal, menurut Gatot, dapat mencegah masuknya hama dan organisme dari luar negeri yang dapat membahayakan pertumbuhan tanaman di Indonesia. Hal ini juga dapat berpotensi besar mendatangkan kerugian ekonomi dan menganggu upaya swasembada pangan di Indonesia.

Gatot juga meminta seluruh pihak untuk terus mendorong akselerasi ekspor Indonesia demi kesejahteraan petani. "Saya minta semua pihak khususnya Karantina Pertanian untuk terus dorong ekspor pertanian Indonesia. Tetapi harus memperhatikan juga harga di tingkat petani," kata Gatot.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian sendiri telah memusnahkan benih jagung dari India dan benih padi dari Jepang. Kedua benih tersebut diketahui mengandung bakteri yang belum pernah ada di Indonesia. Bakteri tersebut masuk ke dalam kategori Organisme Penganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A1 bernama pseudomonas syrungae.

Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil mengatakan apabila bakteri tersebut sampai tersebar ke Indonesia maka dapat menurunkan produksi jagung pada masa panen sebanyak 40 persen. Potensi kerugian pun diperkirakan dapat mencapai sebelas triliun per tahun. "Angka tersebut belum termasuk biaya pengendalian yang harus dikeluarkan pemerintah," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement