Sabtu 30 Mar 2019 22:38 WIB

Jokowi akan Tingkatkan Anggaran Penguatan Pertahanan

Dalam debat, Jokowi mengatakan anggaran pertahanan memang belum jadi prioritas.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Capres nomor urut 01 Joko Widodo mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Capres nomor urut 01 Joko Widodo mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemerintah akan menambah anggaran untuk penguatan pertahanan dan keamanan di masa depan. Mengakui saat ini belum memberikan prioritas untuk bidang tersebut.

"Mengenai anggaran pertahanan, memang kita sekarang ini baru memberikan prioritas ke pembangunan infrasturktur," ujar Jokowi menjawab pertanyaan calon presiden Prabowo Subianto pada Debat Calon Presiden ke-IV di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Sabtu (30/3).

Baca Juga

Tapi, Jokowi menambahkan, tak tertutup kemungkinan ke depan anggaran untuk pembangunan pertahanan dan keamanan akan ditingkatkan. Itu bisa dilakukan saat pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin baik dan kondisi ekonomi dunia berada pada posisi normal.

"Kita akan bisa memberikan anggaran yang lebih baik pada TNI kita dalam rangka bangun alutsista ke depan yang lebih baik," katanya.

Jokowi berpendapat, semua pihak pasti setuju jika anggaran untuk pertahanan dan keamanan itu harus ditingkatkan. Tapi, ia menuturkan, dalam melakukan suatu pembangunan harus ada skala prioritas yang ditentukan. Prioritas yang sudah dikerjakan dalam pemerintahannya, yakni prioritas infrastruktur.

"Lima tahun ke depan kita pengembangan sumber daya manusia. Mungkin di yang ketiga bakal jadi pertahanan. Kenapa tidak? Ini untuk kepentingan rakyat, masyarkat, bangsa, dan negara," terangnya.

Jokowi juga mengakui, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, anggaran untuk pertahanan dan keamanan Indonesia lebih kecil. Tapi, berdasarkan informasi yang ia dapat dari intelijen strategis, diperkirakan 20 tahun ke depan tidak akan ada invasi dari negara lain ke Indonesia.

"Tapi yang perlu dicermati justru keamanan dalam negeri yang berkaitan dengan konflik. Konflik jangan dianggap remeh karena bisa membesar karena perang teknlogi elektronik yang dilakukan dari luar untuk masuk ke dalam," jelasnya.

Karena itu, ia ingin melakukan penguatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia di TNI. Penguatan tersebut terutama dalam penguasaan teknologi persenjataan dan siber. Menurutnya, hal tersebut sangat diperlukan dalam pertahanan negara Indonesia ke depan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement