Senin 01 Apr 2019 05:54 WIB

Muktamar Ke-5 Rabithah Thaliban Aceh Bahas Santri Milenial

Muktamar itu akan dirangkai deklarasi santri anti hoax.

Red: Irwan Kelana
Pengurus Rabithah Thaliban Aceh (Ikatan Santri Aceh) beraudiensi kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di kantor Gubernur Aceh, Sabtu (30/3).
Foto: Dok RTA
Pengurus Rabithah Thaliban Aceh (Ikatan Santri Aceh) beraudiensi kepada Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di kantor Gubernur Aceh, Sabtu (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Rabithah Thaliban Aceh (Ikatan Santri Aceh) akan menggelar muktamar ke-5, pada 8-10 April 2019. Kegiatan muktamar akan berlangsung di Hotel Mekkah, Banda Aceh dan direncanakan akan dihadiri 300 santri atau teungku dayah se-Aceh.

Rais ‘Am (Ketua Umum) RTA, Tgk Imran Abubakar mengatakan, tema muktamar ke-5 adalah “Memperkuat Karakteristik Santri di Era Milenial dalam Mewujudkan Aceh yang Meuadab”. “Tema ini diharapkan dapat memperkuat karakter –karakter mulia santri Aceh dan mengintegrasikannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Tgk Imran Abubakar dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (31/3).

Oleh sebab itu, ia menambahkan, selain agenda pemilihan Rais ‘Am yang baru, muktamar ke -5 RTA ini juga akan dirangkai dengan deklarasi santri Aceh anti hoax pada malam pembukaan. Pada pagi hari tanggal 9 April 2019, juga akan berlangsung seminar nasional dengan pemateri dari luar Aceh.

Agenda lainnya yang akan dilangsungkan dalam penyelenggaraan muktamar adalah pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) aktivis dayah, bedah buku dan pemutaran film dokumenter kiprah RTA di Aceh.

"Menurut rencana, pembukaan acara muktamar akan dilakukan oleh Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Plt. Gubernur sudah menyatakan kesediaannya untuk membuka acara muktamar setelah kami audiensi beberapa hari lalu, " ujar Tgk Imran.

Ketua panitia Muktamar ke-5 RTA, Teuku Zulkhairi mengatakan, muktamar ini akan diikuti perwakilan pengurus RTA se-Aceh. Setiap Pengurus Cabang (PC) Kabupaten/Kota RTA diudang empat  orang dan dua di antaranya berhak memberikan suara untuk memilih Rais ‘Am yang baru. Sementara dua lagi adalah sebagai pemantau jalannya muktamar.

“Kriteria yang dapat diajukan menjadi calon Rais ‘Am adalah pengurus aktif RTA yang berdomisili di Banda Aceh atau santri dayah manapun yang didukung oleh minimal tiga  Pengurus Cabang Kabupaten/Kota, ” ujarnya.

Ia menjelaskan, organisasi RTA sebelum dipimpin Tgk Imran Abubakar , pertama kali dipimpin oleh Tu Bulqaini Tanjungan, lalu dilanjutkan oleh Tgk H  Faisal Ali. Setelah itu dilanjutkan Tgk H  Anwar Usman Kuta Krueng dan Tgk  Hasbi Albayuni yang saat ini menjadi pimpinan MPU Aceh.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement