REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan acara bertajuk "Sarasehan Peran Umat Islam dalam Memelopori, Mendirikan, Mengawal dan Membela NKRI" di kantor MUI Pusat, Jakarta, hari ini. Kegiatan ini dihelat untuk mengenang peran umat Islam dalam proses pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Lebih lanjut, MUI juga mengungkapkan adanya wacana peringatan hari NKRI. Nantinya, hasil pembahasan yang muncul dari sarasehan tersebut akan diajukan kepada pemerintah. Hal itu disampaikan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI KH Muhyiddin Junaidi.
Dia menjelaskan, MUI juga akan membentuk tim panel terdiri atas para pakar dalam bidang masing-masing yang relevan terkait NKRI. "Khususnya para pakar sejarah, pakar politik, dan para saksi hidup tentang peran bapak Mohammad Natsir," kata KH Muhyiddin kepada Republika.co.id, Senin (1/4).
Sebagai informasi, Mohammad Natsir merupakan tokoh kunci dalam meleburnya negara-negara bagian di Tanah Air pasca-pengakuan kedaulatan oleh Belanda terhadap Indonesia, Desember 1949.
Natsir pada 1950 mulai aktif bertemu dengan tokoh-tokoh pelbagai negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) agar bersedia melebur ke dalam Republik Indonesia. Upaya ini mengkristal menjadi Mosi Integral. Belakangan, nama lengkap dokumen yang disahkan pada 3 April 1950 itu sering disebut sebagai "Mosi Integral Natsir".
Maka dari itu, MUI menghendaki peringatan Hari NKRI jatuh pada 3 Apri, untuk mengenang momentum historis tersebut.
Kiai Muhyiddin meneruskan, tim panel dan pihak MUI akan mendiskusikan tentang Hari NKRI di tingkat pimpinan MUI Pusat terlebih dahulu sebelum bertemu dengan presiden. Yang jelas, lanjut dia, pihaknya menilai perlu adanya Hari NKRI untuk memperkuat rasa kebangsaan di tengah masyarakat.
"Hari NKRI perlu diperingati untuk menghindari tuduhan miring terhadap salah satu pihak di Indonesia yang dengan mudah mencap orang yang berbeda paham dari dia itu dianggapnya anti NKRI," ujarnya.
KH Muhyiddin menegaskan, pihaknya mengupayakan adanya Hari NKRI sebagai wujud kepedulian umat Islam. Apalagi, sejarah membuktikan, umat Islam merupakan pihak yang begitu besar kontribusinya dalam merawat dan menjaga NKRI.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Prof Jimly Ashiddiqie juga berpandangan senada. Menurut dia, tanggal 3 April 1950 pantas diperingati sebagai Hari NKRI.
Hari tersebut sama penting seperti peristiwa-peristiwa sejarah yang sudah ditetapkan dan diresmikan sebagai hari nasional. Maka 3 April, lanjut Jimly, pantas bila ditetapkan sebagai Hari NKRI.
Ketua Umum ICMI Prof Jimly Ashiddiqie di kantor MUI Pusat, Senin (1/4).
Dia mengingatkan, Mosi Intergral Natsir merupakan salah satu prestasi gemilang dalam pentas sejarah Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan dinamika parlemen. Tokoh Masyumi Mohammad Natsir berhasil mengajak segenap pemimpin negara-negara bagian untuk kembali ke dalam Negara Republik Indonesia. Sebelumnya, mereka terpecah belah dalam pemerintahan negara-negara bagian bentukan Van Mook.