REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Francis mengkritik para pemimpin politik yang ingin membangun tembok atau pagar berduri untuk mengusir migran dari perbatasan negaranya. Menurutnya, hal itu tidak manusiawi.
Paus Francis mengatakan kepala dan hatinya tak dapat memahami mengapa pemerintahan suatu negara tega membangun tembok dan pagar berduri agar mencegah migran memasuki negaranya. “Ini bukan cara untuk menyelesaikan masalah serius imigrasi,” ucapnya dikutip laman The Independent, Ahad (31/3).
Dia mengerti krisis migrasi adalah isu yang tak bisa dianggap sepele. “Tapi hal itu harus diselesaikan dengan cara lain secara manusiawi,” katanya.
Paus Francis tak menyinggung satu pun nama politikus dalam pernyataannya. Dia hanya menegaskan dengan menimbun rasa takut, negara tersebut tidak akan bergerak maju.
“Para pembangun tembok itu, baik itu yang terbuat dari kawat atau batu bata, akan berakhir menjadi tahanan dari dinding yang mereka bangun,” katanya.
Pernyataan Paus Fransiskus seketika dikaitkan dengan sosok Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dia diketahui bertekad mendirikan tembok di perbatasan AS-Meksiko guna menghentikan gelombang migran dari Amerika Tengah.
Pekan lalu Trump memperingatkan, jika otoritas Meksiko tidak berbuat lebih banyak untuk menekan jumlah pencari suaka dan migran dari Amerika Tengah, dia akan menutup perbatasan. “Kami akan menutupnya dan menutupnya untuk waktu yang lama,” ucap Trump.
Keinginan Trump membangun tembok sepanjang ratusan kilomter di perbatasannya dengan Meksiko dilatari oleh maraknya penyelundupan narkoba. Menurutnya, hal itu telah memicu krisis bagi AS.
Data menunjukkan, jumlah migran ilegal atau tak berdokumen yang memasuki AS sebenarnya terus menurun selama beberapa tahun belakangan. Namun dalam beberapa bulan terakhir, ada lonjakan dalam jumlah pencari suaka.