REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berlakunya pengurangan volume ekspor guna mendongkrak harga karet di tingkat global lewat Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 dimanfaatkan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi karet dalam negeri. Salah satunya mendorong penggunaan karet sebagai salah satu bahan baku campuran aspal.
Deputi VII Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian Rizal Affandi menjelaskan, berkurangnya volume ekspor dapat dimanfaatkan pemerintah di sektor penyediaan bahan baku infrastruktur. Menurutnya, nantinya akan ada standarisasi khusus yang diterapkan pemerintah terkait penggunaan bahan baku karet sebagai aspal.
“Standarisasinya dilakukan oleh Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) untuk ke provinsi. Jadi nanti ada kemungkinan di beberapa jalan provinsi aspalnya pakai campuran karet,” kata Rizal saat ditemui, Senin (1/4).
Dalam kebijakan AETS ke-6 diketahui, Indonesia akan mengurangi volume ekspor karet alam sebesar 98,160 ribu ton atau sekitar 40,9 persen dari total volume ekspor ketiga negara International Tripartite Rubber Council (ITRC) sebanyak 240 ribu ton. Berdasarkan catatan Kemendag, alokasi jumlah komoditi karet alam yang akan diekspor untuk periode 1 April hingga 31 Juli 2019 sebesar 941,791 ribu ton.
Data tersebut memerinci, volume ekspor pada April sebesar 256,863 ribu ton, Mei sebesar 245,015 ribu ton, Juni sebesar 173,880 ribu ton, dan Juli sebesar 266,033 ribu ton. Rencananya, kata dia, pengurangan volume ekspor tersebut akan dimanfaatkan pemerintah untuk penggunaan aspal karet di 2019. Dia menjabarkan, setiap kilometer jalan dapat menyerap tiga ton crumb rubber.
“Rencananya, jalan aspal berbahan karet akan dibangun sepanjang 65,8 kilometer tahun ini. Karena ada pengurangan ekspor ini, diproyeksi pencampuran aspal bisa 2.542 ton,” katanya.
Dia menjabarkan, selain Indonesia, jalan aspal berbahan baku campuran karet juga akan diterapkan negara ITRC lainnya. Dia mencontohkan, Thailand bahkan menerapkan kebijakan nasional tentang one village one kilometer infrastruktur jalan yang menggunakan campuran karet.
Menurutnya, peningkatan konsumsi karet juga dapat dilakukan dengan proses vulkanisasi karet oleh industri. Volume perkiraan vulkanisasi karet, kata dia, diproyeksi sebanyak 96 ribu ton per tahun. “Industri banyak yang tertarik, jadi kita akan genjot terus konsumsi dalam negeri kita,” katanya.