Senin 01 Apr 2019 21:08 WIB

Kemendes PDTT Gelar Festival Perdamaian di Sumbawa

Sumbawa dianggap sebagai miniatur Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Dwi Murdaningsih
  Sejumlah joki cilik memacu kuda mereka saat gelaran Pacuan Kuda Tradisional (Main Jaran)  di kawasan Penyaring, Moyo Utara, Sumbawa, NTB, Ahad (11/11). (Antara/Ismar Patrizki)
Sejumlah joki cilik memacu kuda mereka saat gelaran Pacuan Kuda Tradisional (Main Jaran) di kawasan Penyaring, Moyo Utara, Sumbawa, NTB, Ahad (11/11). (Antara/Ismar Patrizki)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) mengadakan Festival Budaya untuk Perdamaian yang digelar di Desa Dete, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB),  Sabtu (30/3).

"Acara Festival Budaya untuk Perdamaian merupakan salah satu upaya pemerintah untuk melestarikan adat istiadat dan budaya dalam menjaga pembangunan perdamaian dan kebinnekaan Indonesia," ujar Sekjen Kemendesa PDTT Anwar Sanusi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Mataram, NTB, Senin (1/4).

Baca Juga

Anwar mengatakan, pranata adat itu manifestasinya macam-macam. Contohnya, kekuatan adat yang mencerminkan adanya satu sistem atau simbol di mana apabila ada perselisihan, masyarakat bisa menyelesaikan dengan adat dan budaya. Apabila terjadi konflik, mereka bisa mengelola konflik tersebut dan dapat menemukan solusi yang menguntungkan kedua-belah pihak.

Dirjen Pengembangan Daerah Tertentu (PDTu) Kemendesa PDTT Aisyah Gamawati menyampaikan Festival Budaya Perdamaian 2019 melibatkan unsur-unsur Kemendesa PDTT, kementerian dan lembaga lain, pemerintah daerah, pemerintah desa, dan organisasi atau kelompok masyarakat yang bertujuan untuk penguatan pranata adat pada lingkup daerah.

"Sumbawa menjadi salah satu daerah dari 24 daerah di Indonesia yang menjadi sasaran festival ini. Walaupun daerah ini terdiri atas berbagai suku, namun konflik tidak ada karena masyarakat Sumbawa memiliki pranata adat," ucap Aisyah.

Kemendesa mendorong pranata adat menjadi lembaga adat yang mampu menjadi arena tempat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang terkait dengan masyarakat di tingkat bawah. Aisyah menambahkan, keharmonisan masyarakat di Sumbawa akan dijadikan model bagi Kemendesa PDTT menyampaikan bahwa keberagaman adat yang dimiliki daerah merupakan kekuatan luar biasa dalam membangun perdamaian dan kohesi sosial masyarakat lokal setempat sekaligus sebagai fundamen untuhnya integrasi bangsa.

"Kemendesa PDTT melalui Ditjen PDTu akan berupaya melakukan pembinaan pranata adat di daerah lokasi sasaran secara berkelanjutan," ungkap Aisyah.

Wakil Bupati Sumbawa, Mahmud Abdullah, mengatakan, Sumbawa merupakan miniatur Indonesia. Warga Sumbawa, kata dia, hidup di tengah-tengah perbedaan suku, agama, budaya.

"Saya sangat bangga semua warga Sumbawa mampu terus menerus menjaga persatuan dan kesatuan sebagai Bangsa Indonesia," kata Mahmud.

Mahmud berharap festival budaya bisa menjadi sarana masyarakat Sumbawa untuk bisa lebih saling mengenal dan mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah yang terjadi di desa.

"Masalah di masyarakat akan selalu ada, yang penting adalah bagaimana cara kita untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang tentunya harus diselesaikan dengan budaya yang berlaku," ucap Mahmud.

Festival Budaya untuk Perdamaian di Sumbawa  diisi dengan beragam penampilan aneka budaya dan kesenian asli Sumbawa seperti kesenian Marantok di mana ada 36 ibu-ibu yang memakai baju adat Sumba akan memainkan 6 buah alat tumbuk padi.

Ada juga kesenian Sakeco yaitu seni tembang syair lawas Sumbawa. Selain itu, festival akan diisi dengan penampilan dari Flobamora yaitu saudara-saudara dari Nusa Tenggara Timur (Flores, Sumba,Timor dan Atambua) yang telah tinggal menetap di Sumbawa.

Mereka akan menampilkan tarian gaya adat Timor yang menggambarkan kekayaan adatnya. Selain kesenian, hadir juga Bumdes dari empat desa, yaitu Dete, Lape, Hijrah, dan Labukuris yang mempromosikan penganan-penganan lokal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement