REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH – Pertemuan di berbagai ruang publik bisa menjadi solusi menangkal hoaks atau berita bohong. Ruang pertemuan ini menjadi tempat saling bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan antarkomunitas.
Deputi V Kantor Staf Presiden (KSP), Jaleswari Pramodhawardani, mengatakan Khusus bagi anak muda, pertemuan tersebut sangat memungkinkan. Ruang publik ini memiliki peran besar sebagai filter dari banyaknya informasi yang beredar. “Anak muda harus terlibat,“ ujar Jaleswari di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Senin (1/4).
Menurut dia, berdasarkan hasil survei pada Januari lalu, Aceh merupakah salah satu daerah dengan tingkat penyebaran hoaks tertinggi. Provinsi di ujung barat Indonesia ini bertengger di tiga besar penyebaran hoaks bersama Jawa Barat, dan Banten.
Untuk itu, kata dia, KSP menggelar diskusi bertajuk “Peran Anak Muda Aceh Menangkal Hoaks”.
Jaleswari berharap, anak muda berperan dan memberi kontribusi pada masalah kebangsaan. "Peserta antusias memberi masukan memecahkan masalah hoaks di Aceh,” kata dia.
Rizki, salah satu peserta diskusi dari Komunitas Turun Tangan Aceh sepakat untuk memperbanyak ruang publik bagi anak muda. Dari diskusi tersebut, para anak muda sepakat merumuskan tiga solusi memerangi hoaks.
Pertama, anak muda sebagai individu maupun komunitas terlibat berkolaborasi dengan pemerintah ataupun elemen masyarakat untuk menyosialisasikan bahaya hoaks.
"Mereka juga bisa memberikan pemahaman atau mengkampanyekan literasi digital," kata Jaleswari.
Kedua, memperbanyak ruang-ruang perjumpaan antarkomunitas. Kedai kopi bisa menjadi ruang untuk saling bertemu, bertukar gagasan, dan melakukan cross-check satu sama lain.
"Melalui ruang perjumpaan ini, anak muda bisa terlibat aktif memfilter informasi yang berkembang di ruang publik," lanjut dia.
Ketiga, memenuhi ruang publik, termasuk ruang publik digital dengan karya. Karya yang dihasilkan anak-anak muda akan menjadi narasi positif yang bisa mengalahkan maraknya berita palsu atau hoaks.