Selasa 02 Apr 2019 13:36 WIB

Maduro Tetapkan Rencana Penjatahan Listrik Selama 30 Hari

Oposisi mengatakan pemadaman Venezuela akibat buruknya infrastruktur negara.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Warga berjalan di tengah kegelapan akibat listrik padam di Caracas, Venezuela.
Foto: Reuters
Warga berjalan di tengah kegelapan akibat listrik padam di Caracas, Venezuela.

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan membatasi listrik di negara itu. Ia meminta masyarakat tetap tenang dan menghentikan segala bentuk kekerasan yang ada.

Saat ini, Maduro mengatakan Pemerintah Venezuela bekerja keras mengatasi masalah pemadaman listrik yang masih terus berlanjut di negara itu. Ia menuturkan mulai dari ilmuwan, hingga peretas, dan mereka yang memiliki keahlian di banyak bidang telah dikerahkan untuk menangani situasi.

Baca Juga

“Saya telah menyetujui rencana untuk mengatur output listrik selama 30 hari,” ujar Maduro dalam sebuah pidato yang disiarkan, dilansir NPR, Selasa (2/4).

Pengumuman itu datang setelah pemadaman listrik besar-besaran kembali terjadi untuk keempat kalinya pada 25 Maret. Sejumlah kota besar di Venezuela, termasuk Ibu Kota Caracas lumpuh tanpa listrik, air, dan jaringan telekomunikasi.

Maduro menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas pemadaman listrik besar-besaran yang melanda Venezuela dan menyebut negara itu mengobarkan perang energi. Meski demikian, AS membantah memiliki peran dalam hal itu.

“Kami menghadapi monster yang ingin menghancurkan Venezuela,” ujar Maduro.

Pidato Maduro juga dilakukan beberapa jam setelah aksi protes tersebar di banyak wilayah di Ibu Kota, termasuk dekat Istana Presiden di Miraflores. Unjuk rasa dilakukan banyak orang yang sebelumnya diserukan oleh pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido.

Dalam pernyataan melalui Twitter, Guaido mengatakan tidak ada sabotase dan tak boleh ada penjatahan listrik. Ia mengatakan pemadaman besar-besaran terjadi karena buruknya infrastruktur negara, yang disebut sudah ketinggalan zaman dan kurangnya perawatan oleh pemerintah.

Guaido juga mengatakan sejumlah pemimpin anti-Maduro sudah melakukan pembicaraan dengan Kolombia dan Brasil untuk mengimpor tenaga listrik. Akibat pemadaman listrik besar-besaran, banyak warga yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti air dan makanan.

Seorang ibu rumah tangga bernama Karina Camacho mengatakan tidak tahan menghadapi situasi ini. Ia menceritakan bagaimana saat tidak dapat membeli makanan karena mesin pembayaran elektronik tak dapat berfungsi akibat listrik mati.

“Tidak ada air sejak 25 Maret lalu. Anda tidak bisa menelpon, tak dapat melakukan transaksi dengan kartu, dan bahkan makan,” ujar Camacho.

Selain itu, seorang warga melalui jejaring sosial Twitter juga mengungkapkan rasa putus asa menanggapi rencana terbaru Maduro. Ia mengatakan segala hal indah di Venezuela sudah tak lagi ada.

“Bagaimana saya bisa bersabar? Dia (Maduro) telah mencuri segala hal yang indah tentang venezuela, merampas masa depan anak-anak di negara ini, termasuk hak untuk pendidikan, dan berbagai kebutuhan dasar,” ujar warga tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement