REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menargetkan akan menyerap 1,8 juta ton gabah dan beras dari petani pada tahun ini. Hingga (31/3) kemarin, Bulog telah menyerap 60 ribu ton gabah. Kepala Bagian Humas dan Kelembagaan Bulog Firmansyah mengatakan, meski masih jauh dari target, pihaknya optimistis target serapan gabah akan tercapai.
“Nanti ketika panen raya bakal meningkat. Bulog akan menyerap hasil panen secara maksimal,” kata Firmansyah dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Senin (1/4).
Dia menjelaskan, pada masa panen nantinya Bulog akan menyerap gabah dan beras petani untuk menjaga harga gabah di tingkat petani tidak jatuh. Sementara itu dalam kesempatan berbeda, Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa Bulog bertugas membuat harga gabah atau beras menjadi stabil.
Dia menginstruksikan Bulog untuk membeli dari petani sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah. Sebaliknya, kata dia, jika harga beras naik maka Bulog perlu melakukan operasi pasar dengan cara menjual stok yang dimiliki Bulog kepada masyarakat sesuai dengan harga acuan.
“Sebanyak 60 persen pengeluaran itu untuk makan, maka penting bagi Bulog untuk melakukan serapan,” katanya.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, harga gabah Maret 2019 yang dirilis Badan Pusat Statisik (BPS) sebesar Rp 4.604 per kilogram dan di penggilingan sebesar Rp 4.706 per kilogram cukup menguntungkan petani. Nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan pada Maret 2019 naik menjadi 105,31 dibandingan bulan yang sama pada tahun lalu sebesar 101,86.
“Jadi, NTP dan nilai usaha pertanian tidak bisa dibaca dari perubahan setiap bulannya,” kata Amran.
Menurutnya, analisa dalam kurun waktu pendek bisa menjadi sebuah kekeliruan, karena sektor pertanian bersifat musiman sehingga dapat berfluktuasi antarbulan. Harusnya, kata dia, analisis dilakukan dalam kurun waktu oanjang sehingga dapat menggambarkan kondisi pertanian secara utuh.
Amran menjelaskan, jika analisa dilakukan dalan kurun waktu yang panjang, maka akan terlihat kesejahteraan petani semakin baik. Mengacu data BPS, NTUP tahun 2017 sebesar 111,77 poin atau naik 5,39 persen dari 2014 sebesar 106,05 poin. Sementara NTP 102,25 poin atau naik 0,97 persen dibandingkan 2014 sebesar 102,03 poin.
Masih menggunakan data BPS, Amran menjelaskan jumlah penduduk miskin di perdesaan yang mayoritas merupakan petani pada Maret 2018 mencapai sebesar 15,81 juta jiwa. Turun 10,88 persen jika dibandingkan pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 17,74 juta jiwa.
Bahan makanan, kata Amran, juga dikenal telah memberi andil terbesar dalam menyumbang inflasi. Amran melanjutkan, kenyataannya sektor pertanian juga mampu menjaga inflasi terkendali. Terbukti, data BPS menunjukkan inflasi bahan makanan tetap rendah, yaitu tahun 2017 sebesar 1,26 persen. Jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2014 sebesar 10,57 persen.