Selasa 02 Apr 2019 16:47 WIB

70 Persen Kejahatan Kebencian di NSW Targetkan Muslim

kejahatan kebencian agama meningkat sebesar 20 persen.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Islamofobia
Foto: youtube
Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Beberapa pekan setelah insiden penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, kejahatan berlatar kebencian yang ditujukan terhadap Muslim menjadi lebih disoroti.

Di negara bagian New South Wales (NSW), Australia, penetitian pertama tentang pola kejahatan berlatar kebencian menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen kejahatan bermotivasi agama yang dilaporkan ke polisi NSW ditargetkan terhadap orang Muslim. Penelitian, yang meneliti tentang kejahatan rasial, itu dilakukan antara Juli 2013 dan Juni 2016. 

Baca Juga

Dari penelitian itu, juga ditemukan bahwa orang-orang Asia dan India/Pakistan adalah korban yang paling sering dilaporkan dalam kejahatan bermotif rasial. Dari laporan masing-masing terdiri dari 28 dan 20 persen.

Secara keseluruhan, kejahatan yang dimotivasi oleh ras, etnis atau agama tercatat sebesar 81 persen dari semua kejahatan rasial yang dilaporkan ke polisi. Kejahatan kebencian selanjutnya yang paling umum adalah berdasarkan orientasi seksual atau identitas gender, yang tercatat sebesar 14 persen dari laporan.

Penulis dari penelitian ini, Profesor Gail Mason dari Sydney Institute of Criminology melihat basis data dari Angkatan Kepolisian NSW  untuk penelitian tersebut. Menurutnya, ini merupakan inisiatif kejahatan bias yang paling lama ada di Australia. 

"Apakah seseorang menjadi sasaran berdasarkan ras atau agama mereka bisa sangat sulit diketahui. Data Angkatan Kepolisian NSW memberikan gambaran unik tentang jenis insiden yang dilaporkan publik dan polisi sebagai kejahatan berat di seluruh negara bagian NSW," kata Mason, dilansir dari SBS News, Selasa (2/4).

Mason mengatakan, tidak ada data yang cukup untuk menarik kesimpulan tentang apakah ada peningkatan dalam kejahatan rasial yang mengikuti peristiwa-peristiwa tertentu.

Tetapi ia mengatakan, selama tiga tahun menganalisis laporan agama, kejahatan kebencian agama meningkat sebesar 20 persen. Dikatakannya, mayoritas kejahatan dilaporkan dalam wilayah metropolitan Sydney. Namun begitu, ia juga mencatat bahwa ada bukti terkait kejahatan rasial secara umum yang tidak dilaporkan dan tidak dicatat.

Ia menuturkan, sekitar satu kejahatan bias, dugaan kejahatan bias atau insiden bias dilaporkan di NSW setiap hari. Walaupun demikian, proporsi yang adil dari laporan-laporan ini melibatkan insiden yang tidak mungkin memenuhi ambang batas yang diplerkuka untuk penuntutan pidana. 

"Mereka memberikan sumber intelijen yang dapat digunakan polisi untuk mengidentifikasi tempat potensial dan terlibat dalam penjangkauan proaktif dengan masyarakat pemangku kepentingan," lanjutnya. 

Mason mengatakan, kejahatan berlatar kebencian yang paling umum dicatat ialah penyerangan, pelecehan verbal, kerusakan properti, pelecehan daring dan intimidasi, serta ancaman. Namun begitu, ia mengatakan ada komitmen dari pihak kepolisian NSW untuk mengatasi masalah ini melalui prakarsa kejahatan bias. Namun, menurutnya, tetap diperlukan upaya bersama dari lembaga penegak hukum di seluruh Australia untuk benar-benar memantau dan menangani kejahatan berlatar kebencian ini. 

Selain itu, ia menekankan agar pemerintah dan kepolisian menempatkan sumber daya untuk menganalisis data tersebut. Sehingga, apa yang menjadi dasar dalam masalah kejahatan berlatar kebencian itu dapat diketahui.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement