Selasa 02 Apr 2019 17:10 WIB

Reiwa, Nama Kekaisaran Baru Jepang

Akihito (85 tahun) akan turun takhta pada April 2019 karena usia tua.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelaskan nama era kekaisaran baru, Reiwa, di Tokyo, Senin (1/4).
Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelaskan nama era kekaisaran baru, Reiwa, di Tokyo, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Fergi Nadira

Jepang pada Senin (1/4) mengumumkan nama era kekaisaran baru yang akan mulai bertakhta mulai 1 Mei. Reiwa adalah nama yang akan disematkan untuk kekaisaran baru.

Reiwa memiliki arti ketertiban dan harmoni. Era kekaisaran sebelumnya bernama Heisei atau "mencapai perdamaian", akan berakhir dalam satu bulan ke depan yang ditandai dengan turunnya takhta bersejarah, Kaisar Akihito.

Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengumumkan nama yang sangat dinanti itu dengan memegang papan dengan tulisan tangan di atasnya. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menjelaskan arti dari nama kekaisaran baru itu.

Pemilihan nama kali ini juga mendobrak tradisi yang selama 1.400 tahun mengadopsi dari sejarah klasik Cina. Hal ini memang sudah diperkirakan sepanjang pemerintahan konservatif Abe yang berkampanye meningkatkan kebanggaan bangsa.

Pengumuman ini langsung dimuat media cetak Jepang dan membuat warga berbondong-bondong mendapatkan surat kabar yang terbit hari itu juga. Dalam adat Jepang, setiap pemerintahan kaisarnya atau dikenal dengan gengo diberi nama yang kemudian digunakan bersama kalender Barat untuk menandai tahun berikutnya.

Reiwa berasal dari dua kata, yakni rei dan wayang memiliki arti ketertiban dan perdamaian atau harmoni. Dua kata yang digabungkan ini untuk pertama kalinya diambil dari antologi puisi Jepang kuno, Manyoushu.

Manyoushu menyimbolkan budaya publik yang mendalam dan tradisi panjang negara Jepang. "Bangsa kita menghadapi titik balik yang besar, meski ada banyak nilai Jepang yang tidak boleh pudar," ujar Abe, dikutip BBC, Senin.

Di Jepang, terdapat empat era dalam sejarah modernnya. Era Kaisar Akihito kini, Heisei (mencapai kedamaian), dan era Showa (1926-1989) yang memiliki arti harmoni yang tercerahkan. Sebelumnya lagi, terdapat era bernama Taisho (1912-1926) berarti kebenaran besar, sedangkan gengo Meiji (1868-1912) berarti pemerintahan yang tercerahkan. Setiap nama gengo menunjukkan mengatur pola negara ke depannya.

Bagi orang Jepang, nama tersebut penting dalam kehidupan sehari-hari. Nama tersebut muncul di koin, surat kabar, SIM, dan dokumen resmi lainnya.

Nama baru ditentukan setelah sekian lama spekulasi dan diskusi kabinet rahasia yang memunculkan sebuah nama, yang dipilih oleh kabinet dari seleksi yang disusun panel, para cendekiawan, dan pakar. Kerahasiaan nama ini dijaga sedemikian rupa sebelum diumumkan kepada publik.

Popularitas gengokian menurun, sebab Jepang membuka diri terhadap pengaruh global. Jepang juga menggunakan bulan Barat yang banyak orang Jepang menggunakannya bersamaan.

Menyoal penurunan takhta kekaisaran, Pemerintah Jepang mengonfirmasi pada Desember 2017 bahwa kaisar saat ini, Akihito yang berusia 85 tahun, akan turun takhta pada April 2019 karena usia tua. Akihito pun menyerahkan takhta kepada putranya, Putra Mahkota Naruhito. Dia akan menjadi kaisar Jepang pertama yang melakukannya dalam lebih dari dua abad.

Biasanya, era baru muncul hanya ketika satu kaisar telah meninggal dan penggantinya telah naik takhta. Namun, hal-hal berbeda kali ini karena turun takhta. Pengumuman tersebut dibuat satu bulan lebih awal, sehingga kantor dan perusahaan pemerintah dapat memperbarui serba-serbi kepentingan dan mempersiapkan transisi sebelum mulai berlaku bulan depan. (ap ed: yeyen rostiyani)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement