REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Indo Barometer terbaru menyebut calon presiden 01 Joko Widodo (Jokowi) unggul 18 persen atas calon presiden 02 Prabowo. Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, namun mengatakan ancaman terbesar Jokowi sebenarnya bukan Prabowo.
"Ancaman sebenarnya Jokowi bukanlah Prabowo, tapi golput. Ini baru pertama kalinya dalam pemilu, ancaman dari petahana bukanlah rivalnya, tapi golput," kata Adi Prayitno, Selasa (2/4).
Meskipun Jokowi dikatakan unggul, elektabilitasnya yaitu 50,8 persen dianggap masih terlalu berisiko. Belum lagi ditambah dengan adanya ancaman golput. "Pejawat baru dianggap aman ketika mencapai 60 persen," ucap Adi.
Dosen ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah menuturkan, meskipun Jokowi dianggap unggul dalam beberapa survei perlu diperhatikan bahwa deklarasi kemenangan tidak boleh terburu-buru. Menurutnya, deklarasi tidak boleh mendahului kehendak Allah.
Dalam survei Indo Barometer disebutkan, salah satu indikator unggulnya Jokowi adalah ia dianggap mewakili aspirasi umat Islam. Menurut Adi, indikator tersebut bisa ditelusuri lebih jauh.
"Saat ini kedua pasangan calon didukung oleh umat Islam. Keduanya sama-sama didukung oleh kiai, ulama, santri, termasuk pula elemen ormas Islam lainnya," kata Adi.
Dalam survei Indo Barometer terbaru yang dilakukan 15-21 Maret 2019, disebutkan bahwa elektabilitas Jokowi 50,8 persen. Sedangkan Prabowo memiliki elektabilitas 32 persen. Di luar itu, terdapat 17,2 persen yang tidak memberikan pilihan.