REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meminta pengusaha batu bara melakukan transformasi bisnis. Menteri ESDM, Ignasius Jonan menilai transformasi bisnis ini penting agar bisnis batu bara tidak hanya sekedar menambang dan menjual saja, tetapi juga bisa memberikan nilai tambah.
Jonan menjelaskan langkah hilirisasi tidak hanya wajib dilakukan oleh para pengusaha mineral saja. Meski memang sampai saat ini belum ada aturan yang mewajibkan para pengusaha batu bara melakukan hilirisasi, namun pemerintah menganjurkan para pengusaha untuk melakukan hilirisasi.
"Jadi menurut saya semakin berkembangnya zaman, bisnis batu bara ini jangan cuman gali sama jual aja. Harus ada added value juga. Kita mendorong adanya hilirisasi agar ada nilai tambah," ujar Jonan, Selasa (2/4).
Jonan mencontohkan misalnya, hilirisasi yang paling sederhana adalah para pengusaha batu bara bisa membuat PLTU Mulut Tambang. Konsep PLTU Mulut Tambang ini selain lebih efisien secara ongkos produksi, yang dijual dari konsep ini bukan lagi hanya batu bara tetapi langsung menjadi listrik.
"Misalnya, PLTU yang mine mouth. Jadi besok jualnya jual listrik. Jadi gak jual mentah batubara aja," ujar Jonan.
Jonan menjelaskan contoh kedua adalah membuat Dimethyl Eter (DME) atau senyawa olahan batu bara menjadi gas. DME ini kata Jonan berpotensi untuk menjadi substitusi dari LPG. Dengan adanya DME ini, selain bermanfaat bagi pengusaha batubara karena bisa memaksimalkan potensi batu bara kalori rendah yang tak laku di pasar, juga bisa membantu pemerintah mengurangi ketrgantungan impor LPG.
"Atau ya bikn DME, jadi pengganti LPG. Pertamina kan udah mulai jalan kan. Tapi operator tambang swasta yang lain gak ada nih. Tapi kita mulai dulu lewat BUMN," ujar Jonan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Pandu Sjahrir menjelaskan sejak tiga tahun yang lalu seluruh anggota APBI memang sudah mulai fokus melakukan hilirisasi. Selain melakukan pertambangan seperti biasanya banyak perusahaan anggota APBI yang sudah melakukan tahapan hilirisasi.
Namun Pandu merinci langkah hilirisasi yang paling mungkin dan efisien yang dilakukan oleh pengusaha saat ini adalah membuat pembangkit. Selain karena secara permodalan tidak sulit dan mudah, membuat PLTU dari sisi pandangan jaminan investasi jauh lebih stabil.
"Listrik yang paling jelas. Karena pertama, itu sifatnya longterm ya. Kedua, investasinya juga lebih jelas. Supply terjamin, karena kan kami tentu juga ada kan barangnya. Lalu, soal demand. Pasarnya udah lebh pasti," ujar Pandu kepada Republika, Ahad (3/4).
Namun untuk merambah kepada DME, Pandu mengatakan hal tersebut memang belum menjadi perhatian para pengusaha tambang saat ini. Sebab, selama ini konsep bisnis dari batubara bersifat B to G atau antara pengusaha dan pemerintah. Sedangkan konsep bisnis DME merupakan konsep B to B.
"DME sih bagus, tapi kan yang aku bilang bisnis tambang tuh gak ada yang B to B. Kebanyakan B to G. Maka, memang perlu ada aksi pemerintah dulu. Makanya kan Pertama dan PTBA udah duluan. Oke kok. Cuman kami kan pengusaha pasti cari yang lebih pasti," ujar Pandu.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Tohir pun mengamini hal tersebut. Saat ini proses hilirisasi yang paling feasible bagi pengusaha batu bara adalah coal to electicity. Ia menjelaskan selain lebih besar dampak dan manfaatnya bagi masyarakat, dari sisi pengusaha jauh lebih efektif.
"Bahwa betul hilirisasi sangat penting mau coal to power, coal to gas, coal to methanol. Tapi menruut hemat saya, hilirisasi yang paling besar adalah coal to power," ujar Garibaldi.
Ia juga menjelaskan saat ini PLN sedang masif meningkatkan konsumsi listrik. Selain menggalakan kompor listrik, kedepan pemerintah juga sudah mulai menggalakan adanya mobil listrik. Artinya, kata Garibaldi kebutuhan listrik kedepan akan semakin meningkat.
"Menurut hemat saya coal to power itu yang paling feasible dan bisa diterapkan sekarang dan benefitnya besar. Kebutuhan listrik kedepan akan terus bertambah," ujar Garibaldi.
Sedangkan apabila berbicara bahan baku listrik, kata Garibaldi hingga saat ini batubara merupakan bahan baku paling murah untuk listrik. Maka batubara masih memegang peran penting kedepan.
"Memang yang paling murah hari ini adalah batu bara. Terus ada yang bilang katanya nggak ramah lingkungan? Siapa bilang, semakin maju teknologi saat ini banyak PLTU yang sudah menggunakan teknologi super atau ultra critical yang sangat menekan pencemaran udara. Jadi ini yang paling strategis," ujar Garibaldi.