Rabu 03 Apr 2019 21:55 WIB

Isra Miraj Ajang Evaluasi Shalat Ketimbang Perayaan

Ajang evaluasi diri terutama dalam hal shalat lima waktu.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
Ustaz Alnofiandri Dinar
Foto: Dok Pribadi
Ustaz Alnofiandri Dinar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Isra Miraj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW sejatinya harus menjadi ajang pembelajaran bagi umat Islam untuk mengevaluasi diri, terutama dalam hal shalat lima waktu. Demikian disampaikan oleh Dai Ambassador Cordofa Korea Selatan, Ustaz Alnofiandri Dinar.

Ia mengatakan, jumlah ayat dan hadis yang menghikayatkan tentang perjalanan Isra dan Miraj dalam Alquran tidak banyak. Namun, perhatian syariat melalui nash Alquran dan hadis terhadap syariat shalat yang dititahkan dalam peristiwa Isra dan Miraj sangatbanyak.

Baca Juga

"Ketika bulan Rajab datang, semestinya setiap Muslim tersadar untuk mengevaluasi shalat mereka daripada seksdar bermegah-megah mengadakan acara peringatan atau perayaan tahunan terhadap Isra dan Miraj," kata Ustaz Alnof, melalui pesan elektronik yang diterima Republika.co.id, Rabu (3/4).

Ia menjelaskan, bahwa shalat sejatinya bukan hanya sekadar ritual. Bukan pula gerakan dan kalimat-kalimat tidak rasional. Akan tetapi, menurutnya, shalat adalah sebuah madrasah rabbaniyah dalam mendidik hamba dengan nilai-nilai mulia.

Karena itu, shalat seorang hamba apabila baik, akan menjadikan seluruh perbuatannya baik. Sebaliknya, ketika kualitas shalat seseorang buruk, perbuatannya pun akan buruk. Karena seseorang yang baik kualitas shalatnya, ia akan merasa bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah. "Sehingga, akan muncul rasa takut kepada Allah kalau melakukan perbuatan yang tidak baik dalam hidupnya. Maka yang akan muncul hanya perbuatan-perbuatan baik saja," lanjutnya.

Kewajiban shalat lima waktu pertama kali diperintahkan oleh Allah dalam peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa ini, Nabi SAW melakukan perjalanan singkat dari Makkah menuju Masjid Al Aqsa di Yerusalem dengan menggunakan 'Buraq' atau kuda bersayap. Kemudian, Nabi SAW naik ke langit dan Sidratul Muntaha untuk bermunajat langsung dengan Allah SWT.

Ustaz Alnof menjelaskan, Miraj itu sendiri adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW untuk bermunajat dan bertatapan langsung dengan Allah dengan jasad dan ruh. Sedangkan shalat adalah miraj (tempat naik) rohani orang-orang beriman yang terjadi lima kali sehari semalam.

Saat shalat, rohani orang-orang yang beriman naik menyaksikan keagungan, kekuasaan, dan keesaan Allah, terlepas dari syahwat dan keinginan-keinginan tidak baik. Mereka kemudian memimpin bumi dengan akhlaq-akhlaq mulia dan kebaikan bukan dengan kedigdayaan dan kezhaliman. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement