REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Setelah pemadaman listrik terus berlangsung, penderitaan rakyat di Ibu Kota Venezuela, Karakas, dan berbagai wilayah di negeri itu bertambah parah. Mereka kekurangan air bersih.
Seorang ibu muda yang sedang mencari air di dekat jalan raya dengan membuka saluran air mengatakan kepada wartawan Kantor Berita Turki Anadolu pada Rabu --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam-- bahwa ia sudah tidak bisa memandikan anak-anaknya selama satu pekan. Seorang warga lain mengatakan mereka menggunakan air hanya untuk kebersihan, sementara seorang perempuan lainnya mengatakan ia cuma bisa menggunakan air untuk memasak.
Warga Karakas, yang tidak memperoleh air keran selama dua pekan, berkumpul di berbagai tempat seperti taman dan kebun. Sementara itu, warga lain merusak saluran dan pipa untuk bisa memperoleh air.
Di tempat lain, orang mengambil air dari sungai dan anak sungai. Mereka pun menanggung resiko terserang penyakit.
Pada April, sebagian besar Venezuela telah mengalami pemadaman listrik. Meskipun pemerintah mengatakan pemadaman listrik terjadi akibat serangan maya dan sabotase fisik, oposisi mengklaim sistem penyaluran listrik macet karena pemerintah mengabaikan prasarana tersebut.
Pada Ahad (31/3), Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan rencana 30-hari untuk menjatah listrik, di tengah pemadaman listrik di seluruh negeri itu. Venezuela telah diguncang protes sejak 10 Januari, ketika Maduro diambil sumpahnya untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat ketika pemimpin oposisi Juan Guaido mengumumkan diri sebagai Penjabat Presiden pada 23 Januari --tindakan yang didukung oleh AS dan banyak negara Eropa serta Amerika Latin. Turki, Rusia, China, Iran, Bolivia dan Meksiko memberikan dukungan mereka kepada Maduro.