REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hinca Panjaitan mengomentari hasil survei Indikator Politik Indonesia yang menyebut calon presiden-calon wakil presiden Jokowi-Maruf unggul dibandingkan pasang calon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ia mengibaratkan Pilpres 2019 dengan pertandingan sepak bola yang memungkinkan terjadi apa pun.
"Inilah potretnya hingga akhir Maret 2019 dan terima kasih analisisnya tetapi masih ada 14 hari ke depan (digelarnya pilpres) dan masih ada undecided voters dan swing voters," kata Hinca saat menghadiri pemaparan hasil survei lembaga Indikator Politik Indonesia, di Jakarta, Rabu (3/4).
Pihaknya berjanji di waktu tersisa ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat. Ia optimistis kesempatan menang masih ada, ibaratnya seperti pertandingan sepak bola.
Ia menyebut di pertandingan bola bisa terjadi momen ketika sang juara tetapi tidak mencetak gol karena mencetak gol bunuh diri, atau melakukan offside. "Jadi turun ke bawah menjadi kunci dan dalam 14 hari ke depan masih bisa terjadi apapun dalam pesta demokrasi ini," katanya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, bila pemilihan dilakukan sekarang, sebanyak 55,4 persen responden memilih Jokowi-Maruf dan 37,4 persen Prabowo-Sandiaga. "Hingga akhir Maret 2019, dukungan terhadap pasangan calon 01 (Jokowi-Maruf) masih unggul signifikan atas paslon 02 (Prabowo-Sandiaga). Kelompok yang belum menentukan pilihan sekitar 7,2 persen," katanya saat pemaparan hasil survei lembaganya di kantornya, di Jakarta, Rabu (3/4).
Ia menyebut paslon 01 dominan pada setiap kelompok gender, usia, desa/kota, kelas ekonomi, etnis Jawa, basis nahdlatul ulama (NU) dan non-Islam. Selain itu, ia menyebut sebanyak 71 persen responden mengaku puas dengan kinerja Jokowi selama 4,5 tahun memimpin.
Ada 28 persen responden menyatakan tidak puas. Selanjutnya 1 persen responden memilih tidak menjawab atau tidak tahu. Kemudian sebanyak 65 persen yakin atas kemampuan Pak Jokowi memimpin. Sementara 29 persen tidak yakin terhadap kepemimpinan Jokowi dan 6 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
Yang juga menarik, ia menyebut Jokowi mayoritas dipilih masyarakat blue collar yang berpendidikan menengah bawah utamanya sekolah dasar (SD) atau tidak sekolah yaitu 61,6 persen. "Semakin rendah pendidikan pemilih, semakin kuat elektabilitas Jokowi," ujarnya.
Sementara itu, ia menyebut pemilih berpendidikan tinggi mayoritas memilih Prabowo-Sandi. Kendati demikian, ia menyebut kondisi masih belum aman.
Meski peluang Jokowi untuk menang besar, ia menyebut perubahan besar masih mungkin terjadi.
"Masih ada kemungkinan force majeure di dua pekan sebelum Pilpres 2019. Untuk itu, penting melihat lebih jauh kemungkinan arah dukungan kelompok swing voters dan undecided," katanya.
Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan 1.220 responden. Pengambilan data survei dilakukan pada 22-29 Maret 2019. Margin of error dalam survei sebesar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden asli 88 persen dan responden pengganti 11,9 persen. Responden terpilih diwawancara lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.