Kamis 04 Apr 2019 07:27 WIB

Alasan Peta Karya Ahli Geografi Muslim Banyak Dipakai

kebiasaan para pedagang Muslim mencatat perjalanan, rute, dan kota-kota.

Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dominasi Muslim di bidang geografi adalah akibat kebiasaan para pedagang Muslim mencatat perjalanan mereka, menjelaskan rute, dan kondisi kota-kota di sepanjang jalan. Beberapa di antara mereka adalah Ibn Khurdadhbih, al-Yaqubi, Qudamah, Ibnu Hawqal, dan al- Mas’udi. Dua ahli geografi dari era pra-Islam yang juga menjadi rujukan adalah Paulus Orosius dan Ptolemaeus.

Setelah memeriksa panjang lebar karya geografis berbagai ahli, Roger II dan al-Idrisi memutuskan untuk mulai mengumpulkan informasi. Pelabuhan Sisilia dipilih sebagai tempat yang ideal untuk menjaring informasi. Selama bertahun-tahun, hampir setiap awak kapal yang merapat di Palermo, Messina, Catania, atau Siracus diinterogasi oleh tim al-Idrisi tentang tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi.

Tidak hanya mengandalkan informasi dari para pelaut, tapi Roger dan al-Idrisi juga mengumpulkan informasi dari para wisatawan. Jika mereka menemukan wisatawan yang telah mengunjungi sebuah wilayah, orang itu diminta untuk menceritakan daerah yang dikunjungi, terutama informasi mengenai iklim, kondisi sungai, danau, gunung, pantai, dan tanahnya.

Tak hanya informasi bentang alam, tim kolaborasi peta dunia al-Idrisi juga menanyakan mengenai kondisi jalan, bangunan, monumen, tanaman, kerajinan, impor, ekspornya, dan bagaimana budaya, agama, adat, dan bahasanya.

Berbagai ahli geografi pun diundang ke Sisilia untuk menambah informasi walau banyak data yang tak disepakati oleh al-Idrisi dan berbagai ahli geografi. Roger dan al-Idrisi hanya memakai informasi yang disepakati kedua pihak. Jika informasi dirasa masih kurang, Roger II akan mengirim tim ekspedisi ilmiah ke berbagai daerah.

Dalam setiap ekspedisi harus ada juru gambar dan kartografer (ahli peta) sehingga dapat menangkap rekaman visual wilayah itu. Selama 15 tahun mengumpulkan informasi, al-Idrisi dan Roger II kemudian membandingkan data, mencari fakta-fakta, dan membuang semua informasi yang bertentangan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement