Kamis 04 Apr 2019 11:32 WIB

Tanaman Lidah Mertua Antarkan Mahasiswi UMY Ke AS

Mahasiswa UMY lolos program short-term academic exchange di University of Hawaii

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Christiyaningsih
Caleg Partai NasDem di Dapil II DPRD Pati membagikan tanaman lidah mertua ke masyarakat saat kampanye Pilpres DPRD Pati, Jateng, Sabtu (22/3).
Foto: Antara
Caleg Partai NasDem di Dapil II DPRD Pati membagikan tanaman lidah mertua ke masyarakat saat kampanye Pilpres DPRD Pati, Jateng, Sabtu (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lolos mengikuti short-term academic exchange di University of Hawaii, Amerika Serikat (AS). Mahasiswa bernama Hanna Nur Afifah tersebut lolos dalam program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI).

Hanna adalah mahasiswa Jurusan International Program for Law and Sharia (IPOL), Fakultas Hukum UMY. Dia berangkat pada Selasa (2/4) kemarin menuju AS.

Baca Juga

Keberangkatannya tersebut tidak semata-mata karena keberuntungan. Ia berangkat ke Negeri Paman Sam berawal dari penelitian yang mengangkat isu lingkungan tentang lidah mertua atau sansiviera.

Dalam penelitiannya, Hanna menemukan tanaman lidah mertua tersebut 200 kali lebih efektif menyerap polusi udara dan radiasi. Hasil penelitin ini lah yang membawa Hanna menuju AS bersama dengan 24 peserta lainnya untuk mewakili Indonesia.

Penelitian tersebut ia beri judul Plant The Sanseviera atau #Planetaria. Hanna mengatakan fungsi dari tanaman ini masih kurang dipahami oleh kebanyakan masyarakat.

Padahal, lidah mertua sangat dibutuhkan dengan banyaknya polusi dan radiasi di zaman serba digital saat ini. "Polusi udara di mana-mana, juga radiasi dari handphone dapat diserap dengan baik oleh tanaman ini," kata Hanna berdasarkan keterangan pers yang diterima Republika.

Melalui penelitiannya tersebut, Hanna akan mencoba meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengurangi tingkat polusi udara. Tentunya, hal ini ia lakukan berdasarkan ilmu yang telah didapat termasuk dari program YSEALI di AS ini sendiri.

"Selama 30 menit saya melakukan perjalanan dari rumah ke kampus, ada banyak mungkin lima sampai tujuh pembakaran sampah. Tentu ini sebenarnya merugikan," ujar Hanna.

Di program YSEALI ini, selama lima pekan Hanna fokus dalam isu lingkungan dengan berbagi pengetahuan bersama mahasiswa lainnya. Program tersebut menganalisa perilaku manusia khususnya output dari kebijakan pemerintah.

"Kami nanti akan menganalisa perilaku manusia terhadap kebijakan lingkungan pemerintah daerah agar di masa depan pemerintah dapat mengaplikasikan future environmental policy, khususnya di ASEAN," jelas Hanna.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement