REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi, akses ke kredit pedesaan dan peningkatan program perlindungan sosial pedesaan adalah langkah penting untuk membantu keluarga petani di Asia Tenggara dalam meningkatkan mata pencaharian dan ketersediaan pangan. Sebab pemberdayaan keluarga petani merupakan kunci mengentaskan kelaparan.
Perwakilan dari negara-negara Asia Tenggara Plus (ASEAN Plus) bertemu di Jakarta untuk membahas langkah-langkah untuk membantu petani kecil mewujudkan ketahanan pangan yang lebih baik dan meningkatkan mata pencaharian mereka. Hal ini dilakukan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TBM) Nol Kelaparan sebelum 2030. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia.
Pertanian keluarga menghasilkan sebagian besar makanan yang sampai ke meja makan. Mereka menghasilkan 80 persen dari makanan dunia dan merupakan sumber pekerjaan terbesar. Namun ironisnya, banyak dari keluarga petani justru mengalami rawan pangan dan sangat miskin.
Seperti dikutip dari siaran pers Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Kamis(4/4), merespons hal tersebut negara-negara Asia Tenggara bergabung untuk meningkatkan kesadaran dalam Dekade Pertanian Keluarga 2019-2028. Di Asia Tenggara, sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh petani kecil yang memiliki lahan pertanian kurang dari lima hektare.