REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan kesehatan Ottoman juga telah mengatur makanan sesuai dengan musim. Menurut mereka, musim dapat memengaruhi tingkat cairan tubuh.
Ciri khas musim semi adalah hangat dan lembab. Maka, makanan yang dingin dan kering harus dimakan pada pagi dan sore hari untuk menghindari kerusakan darah. Makanan yang sangat manis memiliki efek buruk terhadap darah dan harus dihindari. Daging juga baik dikonsumsi selama musim semi.
Di musim panas ketika udara terasa panas dan kering, cairan empedu akan meningkat. Karena itu, makanan yang mengaktifkan atau memperbanyak produksi cairan empedu harus dihindari. Makanan dan minuman yang asam seperti jus delima, anggur, lemon, dan apel dapat menurunkan produksi cairan empedu, sehingga sangat baik dikonsumsi.
Makanan dingin seperti mentimun dan sup yang dibuat dengan campuran cuka juga baik untuk tubuh di musim panas. Sebaliknya, masakan yang sangat asin, berbumbu, atau memiliki rasa yang kuat harus dihindari.
Pada musim gugur, darah cenderung berkurang dan cairan hitam empedu meningkat. Ciri khas musim ini adalah dingin dan kering. Maka, seseorang harus menghindari makanan yang kering dan asin. Makan yang lembab dan hangat sangat disarankan.
Selama musim dingin lendir dalam tubuh meningkat sehingga kita harus menghindari makanan dan minuman yang membuatnya lebih meningkat lagi. Yang paling tepat dikonsumsi pada musim ini makanan yang hangat dan kering, misalnya, masakan yang dimasak dengan bawang putih, bawang merah, atau rempah-rempah seperti jahe dan lada.
Tentu, tak hanya umat Islam pada masa Kesultanan Ottoman yang ingin hidup sehat. Umat Islam di era modern pun ingin menikmati kemewahan yang bernama sehat itu. Maka, tak ada salahnya jika Anda menerapkan pola makan sehat ala Ottoman.