REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam buku Rasulullah, Manusia tanpa Cela dijelaskan, ada beberapa cara yang Rasul gunakan agar para sahabatnya memahami sesuatu. Adakalanya beliau menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Hadis yang diriwayatkan An-Nawwas bin Sam’an mengungkapkannya.
An-Nawwas bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan dosa. Rasul menjawab, kebaikan itu adalah budi pekerti yang baik, sedangkan doa merupakan apa yang terlintas dan dikandung di dalam rongga dada seseorang dan hal itu tak ingin diketahui oleh orang lain. Cara yang sama digunakan untuk menjawab pertanyaan kaum perempuan.
Kadang-kadang pertanyaan diajukan dan dijawabnya sendiri. Dengan teknik ini, Rasul ingin merangsang keingintahuan dan perhatian. Muadz pernah mengalaminya. Utusan Allah SWT itu bertanya, maukah Muadz diberi tahu tentang pokok pangkal dan puncak segala perkara. Muadz pun menjawab, ya.
Pokok pangkal segala sesuatu adalah Islam, sedangkan tiang Islam itu adalah shalat, dan puncaknya jihad di jalan Allah,” demikian pernyataan Rasulullah kepada Muadz. Kini, cara semacam itu telah banyak digunakan oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan.
Terkadang, Rasulullah bertanya kepada sahabat-sahabatnya untuk menguji kecerdasan dan pengetahuan mereka. Ibnu Umar mengatakan, ia dan sejumlah sahabat lainnya pernah diuji. Sebuah pertanyaan diajukan kepada mereka mengenai pohon apa yang tak pernah rontok daunnya.
Lantas, para sahabat menjawab dengan menyebut sejumlah nama pohon. Ibnu Umar mengaku dalam hatinya terlintas pohon kurma merupakan jawaban dari pertanyaan itu namun ia merasa malu menyatakannya. Setelah semua jawaban dianggap tidak tepat, Rasulullah mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah pohon kurma.