Kamis 04 Apr 2019 19:27 WIB

Hitung Ulang Pemilu Lokal Turki Dimenangkan Oposisi

Selisih suara antara CHP dan AK Party semakin tipis dalam pemilihan ulang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Presiden Turki dan pemimpin Partai AKP Turki Recep Tayyip Erdogan dan istrinya Emine menyapa pendukung usai pengumuman hasil pemilu lokal di Ankara, Turki, Senin (1/4).
Foto: AP Photo/Ali Unal
Presiden Turki dan pemimpin Partai AKP Turki Recep Tayyip Erdogan dan istrinya Emine menyapa pendukung usai pengumuman hasil pemilu lokal di Ankara, Turki, Senin (1/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Penghitungan ulang pemilihan umum (pemilu) tingkat daerah Turki sebagian besar telah selesai. Berdasarkan penghitungan ulang tersebut, jumlah suara antara Republican People's Party (CHP) dan partai berkuasa, Justice and Development (AK) Party tetap memiliki selisih tipis yakni sekitar 20 ribu suara di Istanbul.

Pada Rabu (3/4) lalu, Komite tinggi pemilu Turki atau High Election Board (YSK) memutuskan untuk menghitung ulang jumlah suara di 18 distrik dari 39 distrik kota. AK Party menyatakan, perbedaan selisih suara semakin tipis dalam penghitungan ulang.

Baca Juga

Berbicara kepada wartawan di distrik Gungoren, Istanbul, Kamis (4/4), calon wali kota Istanbul dari kubu oposisi CHP Ekrem Imamoglu mengatakan, penghitungan ulang telah diselesaikan di sembilan atau sepuluh distrik. Dia mendesak YSK untuk menghormati peraturan selama proses penghitungan.

"Hasilnya tidak akan berubah. Waktu terus berlalu dan Istanbul sedang menunggu layanan, jadi kami hanya ingin mendapatkan pekerjaan kami sesegera mungkin. Saya harap ini diselesaikan sesegera mungkin," ujar Imamoglu.

CHP mengatakan, penghitungan ulang tidak akan mengubah hasil pemilu. Imamoglu pada hari Rabu meminta YSK untuk melakukan tugasnya dan mengamanatkan dia sebagai wali kota terpilih Istanbul.

"Saya hanya terus menertawakan seluruh proses ini, tetapi setidaknya orang-orang akhirnya tersenyum," kata Imamoglu.

Sebelumnya, hasil awal menunjukkan bahwa CHP menang tipis atas lawannya yakni mantan perdana menteri Binali Yildrim dari AK Party. Imamoglu menang 25 ribu suara di Istanbul yang memiliki populasi 15 juta jiwa.

Namun, AK Party mengajukan keberatan terhadap hasil pemilu di semua distrik Istanbul dan Ankara. AK Party menyatakan, ada indikasi perolehan suara yang tidak sah dan penyimpangan dalam pemilu.

Di ibu kota Ankara, YSK memerintahkan penghitungan ulang di 11 distrik. Penghitungan ulang tersebut dilakukan setelah AKP menolak hasil awal yakni calon wali kota dari oposisi, Mansur Yavas mengalahkan mantan menteri Mehmet Ozhaseki dari AK Party dengan selisih hampir 4 poin persentase.

Jika hasil awal dikonfirmasi, CHP akan mendapatkan kendali atas anggaran kota dengan total nilai diperkirakan 32,6 miliar lira atau 5,79 miliar dolar AS untuk 2019 di Istanbul dan Ankara. Apabila hal itu terjadi, maka Presiden Tayyip Erdogan sebagai pemimpin AK Party kemungkinan akan kehilangan beberapa pengawasan untuk kontrak lokal di kedua kota tersebut. Ini juga akan mempersulit upaya Erdogan untuk menyeret ekonomi Turki keluar dari resesi.

Sementara hasil resmi belum diumumkan, Erdogan mengatakan, aliansinya telah memenangkan mayoritas dewan kota di Istanbul dan Ankara. AK Party menyebut ada ketidakberesan dalam penghitungan suara.

Dalam konferensi pers harian sebelumnya, Imamoglu dari partai oposisi CHP telah menyatakan diri sebagai wali kota baru Istanbul. Namun, di seluruh kota, AK Party telah memasang poster kemenangan dengan gambar Erdogan dan kandidat Binali Yildrim yang berterima kasih kepada Istanbul atas kemenangannya.

"Itu bukan perilaku sopan," kata Imamoglu tentang poster-poster Partai AK yang terpasang. "Kami mendapatkan hasil dari dewan pemilihan dan kami tahu siapa yang memimpin," ujarnya, dalam wawancara kepada BBC.

AK Party menyatakan, suara yang tidak valid di seluruh tempat pemungutan suara (TPS) telah membahayakan hasil pemilu. AK Party menyebut hal ini sebagai noda terbesar dalam sejarah demokrasi Turki.

Imamoglu membantah pernyataan AK Party tersebut. Dia menyatakan, pemerintah dan partai berkuasa mengklaim bahwa Turki memiliki sistem pemungutan suara paling kredibel.

"Tentu saya tidak setuju. Hingga kemarin, pemerintah dan partai yang berkuasa mengklaim bahwa Turki memiliki sistem pemungutan suara paling kredibel dan mereka memberinya pujian tertinggi. Satu juta orang bertugas di tempat pemungutan suara malam itu," ujar Imamoglu.

"Jika ada kegiatan mencurigakan, mereka akan merekamnya dan membuat laporan tertulis, itulah prosedur resmi di sini. Sekarang satu-satunya penjelasan yang saya miliki adalah bahwa mereka membuat alasan atas kegagalan mereka," kata Imamoglu menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement