Kamis 04 Apr 2019 23:06 WIB

Trapolnas IMM, Cak Nanto: Dorong Politik Kesejahteraan

Konsesus politik bukan hanya soal pilpres dan pileg saja.

Training Politik Nasional (Trapolnas) IMM AR Fakhruddin di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (4/4).
Training Politik Nasional (Trapolnas) IMM AR Fakhruddin di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Gegap gempita Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legeslatif menyedot banyak perhatian publik. Namun, politik elektoral ini justru menenggelamkan politik kesejahteraan yang lebih substansif.

“Konsesus politik bukan hanya soal pilpres dan pileg saja, jauh lebih penting dari itu bahwa politik untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto dalam Training Politik Nasional (Trapolnas) IMM AR Fakhruddin di kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (4/4).

Menurut Cak Nanto, sapaan akrabnya, nilai-nilai kemuhammadiyahan harus masuk pada proses politik bangsa, tapi sebaliknya, proses politik tidak bisa masuk pada nilai-nilai Muhammadiyah. 

“Politisi jangan dijauhi, melainkan etikanya harus kita lengkapi. Teladan yang baik adalah khutbah yang jitu. Apapun dan bagaimanapun, politik adalah jalan membangun bangsa,” tuturnya.

Karena itu, lanjut Cak Nanto, politik itu baik sebagai jalan mewujudkan kesejahteraan. "Itu sebabnya, politik kita harus didorong ke arah sana," ujar Cak Nanto.

“Politisi Muhammadiyah harus memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan, agar kita selalu mengambil peran,” imbuh Cak Nanto.

Selain Cak Nanto, acara yang diselenggarakan di UMY ini juga turut dihadiri oleh Bambang Eka (ketua Bawaslu RI 2008-2012), Afnan Hadikusumo (anggota DPD RI) dengan mengusung tema ‘Peran Ikatan dalam Kontestasi Politik Indonesia’.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement