REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Bank sentral Irlandia memperingatkan Brexit tidak hanya akan mengancam perekonomian tapi juga dapat meningkatkan upah pekerja dan menghilangkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mungkin terjadi ketika perekonomian internasional melemah.
Sejak 2014, perekonomian Irlandia menjadi yang terbaik di Eropa. Tapi di buletin kuartalan mereka baru-baru ini bank sentral Irlandia menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB tahun ini dari 4,4 persen menjadi 4,2 persen.
"Kami memperkirakan pertumbuhan menjadi moderat pada 2019 dan 2020," kata Direktur Ekonomi dan Stasistik bank sentral Irlandia Mark Cassidy, Jumat (5/4).
Bank sentral Irlandia tetap mempertahankan prediksi pertumbuhan menjadi 3,6 persen pada 2020 mendatang. "Hal ini mencerminkan dampak melemahnya lingkungan perekonomian internasional dan berkurangnya potensi pertumbuhan perekonomian domestik," kata Cassidy.
Bank sentral mengatakan pada tahun ini angka pengangguran diprediksi akan turun dengan rata-rata 5,4 persen dan 5 persen pada 2020. Jumlah itu jauh lebih rendah dari tahun 2012 yang berada di angka 16 persen ketika Irlandia tengah membayar dana talangan internasional.
Ketika lapangan pekerjaan penuh dan cadangan pasar tenaga kerja menyusut, bank sentral memprediksi upah pekerja menjadi naik dari 3,6 persen pada tahun ini menjadi 3,7 persen tahun depan.
Irlandia sangat tergantung dengan aktivitas sejumlah perusahaan multinasional. Ketatnya pasar tenaga kerja dan tingginya upah membuat perusahaan-perusahaan berpikir dua kali jika ingin pindah ke sana.
Sementara prospek yang mendasari pertumbuhan ekonomi Irlandia tetap positif. Bank Sentral mengatakan pertumbuhan investasi diperkirakan akan lebih lambat pada 2018 karena ketidakpastian Brexit dan kondisi ini membebani keputusan perusahaan-perusahaan untuk melakukan investasi.
Bank sentral Irlandia memaparkan jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan atau no-deal maka mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Irlandia. Setidaknya sebanyak 4 persen dalam satu tahun dan lebih 6 persen dalam satu dekade.
Skenario Brexit 'terburuk ini' akan membuat permintaan dari Inggris atas barang-barang Irlandia hancur. Sementara juga akan membebani daya saing eksporter Irlandia.
Bank sentral Irlandia meramalkan Brexit akan dicapai dengan kesepakatan. Hal itu termasuk memberlakukan masa transisi yang mengizinkan perdagangan Inggris dan Irlandia akan terus berlanjut selama beberapa tahun sampai sepenuhnya berubah.
Dalam Withdrawal Agreement disebutkan Inggris akan terus berpartisipasi dalam bea cukai Uni Eropa dan Singel Market sampai akhir 2020. Perjanjian itu belum diratifikasi Parlemen Inggris.