Jumat 05 Apr 2019 17:31 WIB

Boeing Minta Maaf kepada Keluarga Korban Pesawat 737 MAX 8

Boeing berjanji segera merilis piranti lunak untuk sistem manuver pesawat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Pekerja merakit Boeing 737 MAX 8 di fasilitas perakitan pesawat di Washington, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Chief Executive Officer (CEO) Boeing Co Dennis Muilenburg meminta maaf kepada keluarga korban atas kecelakaan fatal yang menimpa Ethiopian Airlines dan Lion Air. Dia berjanji akan segera merilis piranti lunak (software) untuk sistem manuver pesawat.

"Kami meminta maaf atas nyawa yang hilang dalam kecelakan 737 belum lama ini. Kami tetap fokus pada keselamatan penumpang dan memastikan bahwa tragedi seperti ini tidak pernah terjadi lagi," ujar Muilenburg dalam sebuah rekaman video yang diunggah di akun Twitter @BoeingAirplanes, Kamis (5/4).

Baca Juga

Muilenburg mengatakan, detail mengenai apa yang terjadi dalam kecelakan Ethiopian Airlines ET302 dan Lion Air JT610 akan diumumkan oleh otoritas pemerintah dalam laporan final. "Namun dengan adanya laporan awal dari investigasi kecelakaan Ethiopian Airlines, Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver (MCAS) di kedua penerbangan diaktivasi sebagai respons terhadap informasi angle of attack yang salah," ujarnya.

Muilenburg yang berbicara dari hanggar Boeing mengatakan, sejarah industri penerbangan menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakan disebabkan oleh peristiwa yang saling terkait. Begitu pula dalam kasus jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air. Dia memastikan, Boeing dapat memutus salah satu mata rantai yang saling terkait dalam dua kecelakaan fatal tersebut.

"Seperti yang dikatakan pilot, aktivasi MCAS yang salah memperburuk kondisi lingkungan yang beban pekerjaannya tinggi. Adalah tanggung jawab kami untuk menghilangkan risiko ini. Kami memilikinya dan kami tahu bagaimana cara melakukannya," kata Muilenburg.

Sejak kecelakaan Lion Air pada Oktober lalu, Boeing menyatakan para insinyur dan teknisinya bekerja sama dengan Federal Aviation Administration (FAA) untuk menyelesaikan perbaikan piranti lunak pada MCAS. Hal itu akan memastikan kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Air tidak terulang kembali.

Pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Air jatuh enam menit setelah tinggal landas dari Bandara Internasional Addis Ababa, Etiopia, pada 10 Maret lalu. Para ahli menilai ada kemiripan dari kecelakaan Ethiopian Air dengan Lion Air JT610 yang jatuh di Laut Jawa dan menewaskan 189 penumpang serta krunya.

Pilot dari kedua pesawat yang jatuh kesulitan mengontrol pesawat setelah sistem kendali otomatis atau MCAS mendorong hidung pesawat jet turun untuk menghindari stall atau kehilangan daya angkat. Sebelumnya dalam konferensi pers, Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges mengatakan, para kru telah melakukan prosedur berulang kali namun tidak dapat mengendalikan pesawat.

"Para kru sudah melakukan semua prosedur berulang kali seperti yang disediakan oleh pabrikan pesawat, tetapi tidak dapat mengendalikan pesawat," ujar Moges.

Moges mengatakan, laporan awal merekomendasikan bahwa sistem kontrol penerbangan harus ditinjau oleh Boeing. Selain itu, otoritas penerbangan harus melakukan verifikasi sistem sebelum pesawat dirilis untuk beroperasi.

Moges mengatakan, sebagian besar data awal diperoleh dari perekam data pesawat. Dari data tersebut menunjukkan kesamaan yang jelas antara kecelakaan Ethiopian Airlines dengan Lion Air. Moges menambahkan, penyusunan laporan final tentang kecelakaan Ethiopian Airlines membutuhkan waktu satu tahun.

Washington Post melaporkan, regulator penerbangan federal telah memerintahkan Boeing untuk memperbaiki masalah pada kedua sistem kontrol penerbangan. Mengutip narasumber yang tidak mau disebutkan namanya, Washington Post mengatakan, masalah perangkat lunak berkaitan dengan perangkat lunak yang mempengaruhi flap dan perangkat keras stabilisasi penerbangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement