REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW diketahui bersabda, "Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya menerima yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang Mu`min segala apa yang diperintahkan kepada Rasul.
Allah SWT berfirman (artinya), 'Wahai para Rasul, makanlah kalian dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh' (QS. Al-Mukminun: 51). Allah SWT juga berfirman, 'Hai orang-orang yang beriman makanlah kalian dari makanan yang baik-baik yang kami rezekikan kepada kalian' (QS. Al-Baqarah: 172).
Kemudian, Rasulullah SAW bercerita tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor. Dia lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit (seraya berdoa), 'Ya Rabb, ya Rabb,' sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya kenyang dengan barang haram.
Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?" (HR. Muslim).
Hadis tersebut termasuk fondasi dasar bangunan hukum Islam. Betapa tidak, di dalamnya terkandung tiga tema utama dalam Islam, yaitu masalah halal haram, ketaatan pada Rasul, dan syarat-syarat diterimanya doa. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari hadis ini.
Pertama, Allah SWT hanya akan menerima sesuatu yang baik. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Dzat Yang Mahabaik, dan Allah tidak akan menerima kecuali yang baik saja". Kriteria "baik" di sini mencakup banyak hal, baik dari sisi harta benda, ucapan, keyakinan, maupun amal perbuatan.
Karena itu, bila amalan kita ingin diterima Allah SWT, maka kita harus mengupayakan yang terbaik dari amal tersebut.
Kedua, selain menjelaskan kriteria amal yang akan diterima Allah, hadis ini menjelaskan pula sebab-sebab tidak diterimanya doa. Pada penghujung hadis, Rasul mengungkapkan sebuah kisah tentang seorang lelaki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor. Ia lalu menengadahkan tangannya untuk berdoa kepada Allah. Padahal, makanan yang telah dikonsumsinya haram. Perutnya kenyang dengan barang haram.
Beliau shalallahu 'alaihi wasallam kemudian bertanya dengan nada retoris, "Maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?"
Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi meriwayatkan hal ini dalam sebuah hadis. "Ada tiga doa yang pasti akan diijabah oleh Allah, tidak diragukan lagi doa itu pasti diijabah. Pertama, doanya orang-orang yang terdzalimi; kedua, doanya orang-orang yang sedang bepergian; dan ketiga, doanya orang tua kepada anaknya". Rasul pun menjelaskan keadaan orang yang melakukan perjalanan tersebut. Di samping dalam kondisi musafir, rambut orang tersebut kusut dan kotor karena debu.
Hal ini diperjelas dengan sebuah hadis dari Salman Al-Farisi ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Orang-orang yang rambutnya kusut dan berdebu, pakaiannya lusuh dan tidak mempunyai apa-apa, serta sering kali ditolak masuk rumah orang, maka jika ia bersumpah dengan nama Allah pasti Allah akan menerima orang tersebut". Hakikatnya setiap doa yang terucap pasti akan sampai dan akan dikabulkan Allah SWT. "Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya."
Begitulah janji Allah SWT. Sekarang timbul pertanyaan, kenapa doa kita tidak pernah dikabulkan? Sebenarnya Allah SWT mendengar dan sangat mengetahui apa yang kita minta, mungkin doa kita belum memenuhi syarat untuk dikabulkan, atau kita masih melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menghalangi doa kita tersebut.