REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Dua kekalahan dan sekali hasil imbang membuat kursi kepelatihan Gennaro Gattuso goyang. Kabar pemecatannya pun menyeruak. Meski begitu, Gattuso menegaskan akan tetap berada di San Siro.
"Saya masih memiliki dua tahun tersisa di kontrak saya. Masa depan saya di Milan," kata mantan gelandang timnas Italia dan Milan, dikutip dari Football Italia, Jumat (5/4).
Milan menelan hasil negatif dalam tiga laga terakhir. Setelah kalah 2-3 dari Inter Milan, Milan dibungkam Sapmdoria 0-1. Terakhir, Rossoneri hanya mampu bermain imbang 1-1 kontra Udinese di San Siro, Rabu (3/4).
"Kami sudah berjuang sejak derbi. Kita harus mengerti mengapa ini terjadi. Saya mendengar tentang hubungan saya dengan Leonardo dan Maldini, tetapi sama sekali tidak ada yang salah," kata Gattuso.
Gattuso dilaporkan mengadakan pertemuan dengan Direktur Milan Leonardo Araujo dan Paolo Maldini. Menurut pelatih berusia 41 tahun, pertemuan tersebut hanya berbicara tentang puasa kemenangan di atas lapangan.
Persaingan ketat dalam perebutan posisi empat klasemen alias batas akhir zona Liga Champions di komeptisi Serie A mengharuskan Milan untuk bisa sesegera mungkin kembali menemukan bentuk sempurna. Kendati masih bertengger di posisi empat, Milan jauh dari kata aman. Sebab, Atalanta baru saja mengamankan kemenangan telak 4-1 atas Bologna dan membuat perolehan mereka hanya terpaut satu angka dari Milan.
Sayang, lawan yang akan dihadapi i Diavollo Rosso pada pekan ke-31 adalah Juventus, tim yang tak pernah mereka kalahkan dalam tujuh pertemuan terakhir. Hal yang menutut Gattuso memutar otaknya lebih dalam.
"Pertandingan melawan Juventus cocok untuk sinyal kebangkitan. Hasil positif tidak diragukan lagi akan memberi kami lebih banyak semangat. Sejarah mengatakan, kami melakukan lebih baik ketika menderita," ujar dia mencoba optimistis.
Sebelumnya Corriere della Sera mengapungkan kabar apabila CEO Milan, Ivan Gazidis, begitu tertarik menjadikan pelatih Tottenham Hotspur sebagai suksesor Gattuso di San Siro. Meski terbilang belum memberikan satu pun gelar kepada the Lilywhites, juru taktik asal Argentina mampu merusak hegemoni klub-klub besar Liga Primer Inggris.