REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence mengumumkan sanksi pada 34 kapal perusahaan minyak negara Venezuela dan dua perusahaan yang mengirim minyak mentah ke Kuba pada Jumat (5/4). Langkah ini dilakukan di tengah upaya Washington untuk menggulingkan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
"Minyak Venezuela adalah milik rakyat Venezuela," kata Pence dalam pidatonya di Rice University di Houston, dilansir dari laman Channel News Asia, Sabtu (6/4).
"Mereka yang melihat harus mengetahui hal ini. Semua opsi ada di atas meja. Dan Nicolas Maduro sebaiknya tidak menguji tekad Amerika Serikat," lanjutnya.
Tindakan ini merupakan yang terbaru dari Amerika dalam mengurangi pendapatan dari pemerintahan Maduro yang sedang kekurangan uang. Maduro hingga kini masih bertahan karena mendapat dukungan dari Cina, dan Rusia.
"Amerika Serikat akan terus mengerahkan semua tekanan diplomatik dan ekonomi untuk mewujudkan transisi damai menuju demokrasi," kata Pence.
Departemen Keuangan menyatakan, pihaknya memasukkan 34 kapal perusahaan minyak negara, PDVSA sebagai properti yang dikenai sanksi. Artinya, AS akan memblokir semua transaksi dengan mereka.
Mereka juga menargetkan sebuah kapal tanker yang mengirimkan minyak mentah dari Venezuela ke sekutu utamanya Kuba, Despina Andrianna. Kemudian juga dua perusahaan pengiriman yang terkait dengan kapal, satu yang berbasis di Yunani, dan yang lainnya di Liberia.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk transisi ke demokrasi di Venezuela dan untuk meminta pertanggungjawaban rezim Kuba atas keterlibatan langsungnya dalam kehancuran Venezuela," kata Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan.
Amerika sendiri merupakan pasar utama untuk minyak Venezuela melalui Citgo, anak perusahaan dari PDVSA. Akan tetapi Washington telah memaksa operator untuk menempatkan pendapatan dalam akun yang diblokir.