Sabtu 06 Apr 2019 19:08 WIB

Prabowo Ingin Menang Selisih 25 Persen, TKN: Sedang Mengigau

TKN mengomentari keingin Prabowo untuk menang dengan selisih 25 persen di pilpres.

Rep: Ali Mansur/ Red: Bayu Hermawan
Ace Hasan Syadzily
Foto: Republika/Wihdan
Ace Hasan Syadzily

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menginginkan kemenangan dengan selisih 25 persen. Kemenangan dengan selisih besar itu diperlukan untuk mengantisipasi kecurangan saat pemungutan surat suara. Namun Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin menyebut bahwa Prabowo tengah berhalusinasi.

"Prabowo bicara kemenangan selisih 25 persen seperti sedang mengigau. Darimana menjelaskan kemenangan dengan besar itu bisa didapatkan?" tanya Juru Bicara TKN Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily saat dihubungi melalui pesan singkat, Sabtu (6/4).

Baca Juga

Padahal lanjut, Ace, tidak ada satupun lembaga survei kreadibel yang mengunggulkan pasangan Prabowo-Sandiaga. Bahkan semua lembaga-lembaga survei kreadibel memenangkan pasangan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin dengan selisih di atas 20 persen. Kemudian rakyat juga sudah mengetahui siapa yang telah bekerja untuk rakyat dan hanya omogan saja.

"Kepuasan publik atas kinerja Pak Jokowi semua rata-rata di angka 70 persen. Jadi sepertinya mustahil kalau dikatakan Prabowo akan menang," tegas Politikus Partai Golkar.

Apalagi, lanjut Ace, jika Prabowo menuduh pihak lawan akan mencuri suara darinya. Maka dia seperti sedang berhalusinasi, sedang mengarang cerita yang disesuaikan dengan skenario yang konsisten selama ini. Juga mengkaitkan Pilpres dengan menganalogikan mengusir penjajah merupakan kekeliruan yang fatal.

"Pilpres itu bukan perang melawan penjajahan. Pilpres itu berfastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan dengan menawarkan program yang terbaik kepada rakyat. Bukan memanggul senjata berperang," tambahnya.

Menurut Ace, apa yang disampaikan Prabowo sesungguhnya ingin membangkitkan militansi pendukungnya sehingga mereka bisa dimobilisasi tanggal 17 April agar para pendukungnya militan. Militansi dukungan ini merupakan provokasi dan intimidasi kepada pemilih pendukung 01. "Cara-cara intimidasi adalah karakter pendukung 02 yg terbukti saat peristiwa kekerasan pada warga yang memakai kaos Joko Widodo di Jawa Tengah," kecam Ace.

Selain itu, hal ini juga bagian dari skenario besar yang sedang dirancang jelang dan paska 17 April. Setelah 17 April juga kubu 02 telah berbicara tentang upaya menegasi peran MK dan mengangkat people power. Semua rakyat harus tahu skenario besar kubu 02 ini. "Jangan kita dibodohi dengan konstruksi narasi tersebut," ujar Ace.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement