Ahad 07 Apr 2019 00:01 WIB

Pengamat: Eks HTI Berada dalam Situasi Sulit di Pilpres 2019

Posisi HTI pascadibubarkan semakin terhimpit.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Massa   HTI saat menunggu hasil sidang pembacaan putusan gugatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jakarta, Senin (7/5).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Massa HTI saat menunggu hasil sidang pembacaan putusan gugatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jakarta, Senin (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, kelompok eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) berada dalam situasi sulit pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 ini. Sebab, posisi mereka pascadibubarkan itu makin terhimpit.

Pangi mengatakan, kalau pun eks HTI itu memilih pasangan Prabowo-Sandi, belum tentu juga pendapat mereka terkait sistem kenegaraan atau bahkan organisasinya dihidupkan lagi. Sebab, kata Pangi, Prabowo sudah menegaskan bahwa Pancasila adalah harga mati.

Baca Juga

"Pak Prabowo kan bilang, 'Saya lahir dari rahim ibu Nasrani, bagi saya Pancasila harga mati, saya berani mati demi Pancasila', artinya tempat untuk HTI ini memang sudah sulit," kata dia usai menghadiri diskusi yang digelar Suropati Syndicate di Menteng, Jakarta, Sabtu (6/4).

Menurut Pangi, eks HTI ini punya beban masa lalu soal organisasinya yang telah dibubarkan dan bukan tidak mungkin mereka ingin memperjuangkan kembali dengan berpartisipasi pada pemilu kali ini. Namun, ia mengingatkan, selama ini orang-orang eks HTI selalu golput dalam pemilihan umum.