REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mencanangkan seluruh pondok pesantren di Jabar akan memiliki bank wakaf mikro. Pembentukan bank wakaf mikro tersebut bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut Ridwan Kamil, bank wakaf mikro ini diyakini dapat mengangkat taraf hidup masyarakat.
"Bank wakaf mikro ini kami akan gulirkan di seluruh pesantren di Jabar. Ini bentuk dukungan penuh kami kepada OJK," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil baru-baru ini.
Menurut Emil, dengan begitu suatu hari nanti orang kaya silakan kaya tapi yang di bawah harus terbawa. Jangan kaya makin kaya, yang di bawah jalan di tempat tidak ke mana-mana. "Ekonomi Islam harus menyejahterakan semuanya," katanya.
Menurut Emil, saat ini di Jawa Barat ada 8.000 pesantren yang mayoritas penghuni dan warga di sekitarnya tidak mampu secara ekonomi atau pas-pasan. Jika setiap pesantren punya bank wakaf mikro dengan 3.000 nasabah, maka perkirannya akan ada 24 juta warga tidak mampu yang meningkat kesejahteraannya.
"Di Jabar ada delapan ribu pesantren, bayangkan satu pesantren ada bank wakaf mikro dengan tiga ribu nasabah per pesantrennya, maka 3.000 dikali 8.000 sudah 24 juta. Asal si warganya niat mau mengangkat taraf hidupnya," katanya.
Pemprov Jabar, kata dia, menghadirkan bank wakaf mikro juga untuk mencegah akses pinjaman keuangan warga ke rentenir. Sebab bank wakaf mikro menyediakan pinjaman keuangan tanpa bunga. "Jadi tidak ada alasan tidak ada akses pendanaan, ini juga sekaligus mencegah (meminjam) ke rentenir," kata Emil.
Bank wakaf mikro, kata Emil, merupakan pembangunan di sektor ekonomi keuangan di Jabar dengan semangat keislaman. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang saja.
"Kita ada zakat, sedekah, infak, dan wakaf. Semuanya untuk kesejahteraan bersama agar tidak ada ketimpangan ekonomi," kata Emil.
Menurut Emil, Bank Wakaf Mikro bank wakaf telah hadir di daerah Cirebon, Ciamis, Garut, Sukabumi, dan Cianjur.
Sementara menurut Ketua Komisioner OJK Wimboh Santoso, OJK ingin berkontribusi lebih optimal terhadap pembangunan di Jawa Barat khususnya sektor keuangan.
"Jabar sangat penting dan jadi indikator nasional, penduduknya juga paling besar sehingga kami menaruh perhatian ke Jabar," katanya.
Sesuai amanat, OJK diberikan tugas menjamin jasa keuangan harus bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, khususnya ekonomi kecil. Wimboh meyakini, masyarakat ekonomi menengah ke atas sudah mengetahui bagaimana caranya memanfaatkan sektor jasa keuangan ini.
"Tapi kalau masyarakat kecil kami masih belum yakin. Nah masyarakat inilah yang kami targetkan, karena jumlahnya besar dan mayoritas adalah muslim," ujarnya.
Menurut Wim, dipilihnya pesantren sebagai basis pergerakan bank wakaf mikro karena mayoritas berlokasi di lingkungan masyarakat kecil. Sehingga memudahkan orang untuk menjangkau akses keuangan.
"OJK harus hadir dan berpihak pada masyarakat kecil sehingga kami menggunakan pesantren karena ini adalah tempat paling bagus dan (relatif paling) dekat," katanya.
Wim mengajak masyarakat memanfaatkan bank wakaf mikro di pesantren tanpa takut terjerat hutang berbunga. "Silakan masyarakat untuk datang karena pinjaman ke bank wakaf tanpa bunga, hanya biaya administrasi saja," katanya.