Ahad 07 Apr 2019 12:00 WIB

Putusan Golan Diambil Setelah Trump Pelajari Sejarah Singkat

Duta Besar AS untuk Israel Friedman bertanya ke Trump apakah keputusan itu tepat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Reuters/ Red: Joko Sadewo
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, LAS VEGAS -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, dirinya membuat keputusan kontroversial mengakui Dataran Tinggi Golan adalah milik Israel setelah mempelajari sejarah singkat.

Berbicara pada pertemuan Koalisi Yahudi Partai Republik di Las Vegas, Trump mengatakan, dia membuat keputusan cepat selama diskusi dengan penasihat perdamaian Timur Tengah, termasuk Duta Besar AS untuk Israel David Friedman, dan Penasihat Senior Presiden Trump yang juga menantunya, Jared Kushner.

"Saya berkata; teman, bantu saya. Beri saya sedikit sejarah, saya ingin cepat. Saya punya banyak hal yang sedang dikerjakan: Cina, Korea Utara," ujar Trump yang disambut tawa peserta pertemuan Koalisis Yahudi Partai Republik tersebut, Ahad (7/4).

Trump yang biasanya menuntut pengarahan singkat yang tajam mengatakan, Friedman terkejut dan bertanya apakah dirinya benar-benar telah membuat keputusan yang tepat. Trump mengklaim keputusannya merupakan yang terbaik.

"Kami membuat keputusan cepat, dan kami membuat keputusan yang baik," kata Trump.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengunjungi Washington pada 25 Maret 2019. Dalam pertemuan tersebut, Trump menandatangani keputusan yang secara resmi memberikan pengakuan AS atas Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.

Keputusan tersebut dinilai memiliki unsur politis. Terlebih, Netanyahu akan menghadapi pemilihan umum (pemilu) Israel pada 9 April 2019 mendatang.

Dataran Golan merupakan wilayah yang direbut Israel dari Suriah pada Perang 1967. Aneksasi Golan juga dilakukan Israel pada 1981, tetapi hal itu tidak diakui secara internasional. Suriah meminta Israel mengembalikan wilayahnya.

Menurut Pusat Hak Asasi Manusia (HAM) Arab Al-Marsad yang berbasis di Golan, lebih dari 131 ribu penduduk Suriah (termasuk Muslim, agama Druze, dan Kristen) keluar dari Golan ketika Israel menjajah 49 tahun lalu. Sedangkan, lebih dari 20 ribu orang, sebagian besar beragama Druze, tinggal di enam desa dan sekarang masih berada di wilayah pendudukan Israel.

Dari 33 permukiman Yahudi yang ada di Golan, ada sekitar 21 ribu orang pemukim yang dilindungi Pemerintah Israel. Namun, warga Suriah setempat menolak tawaran jadi warga negara Israel dan lebih memilih jadi warga tanpa kewarganegaraan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement